Monday, January 4, 2016

Inilah sebuah cerita seks atau kisah dewasa seorang majikan cewek yang kesepian dan penuh nafsu yang BERSETUBUH atau ngentot dengan pembantunya (satpam), ketika suaminya sedang tidak berada dirumah.

Jodoh tidak kemana,kita inginkan biasanya yang sempurnya dan yang lebih ya karena manusia adalah makluk yang mempunyai nafsu,tapi apa boleh buat kita hanya berusaha yang terbaik.Kali ini akan saya ceritakan mengenai pasang 2 anak manusia yang ditakdirkan bersama di dunia ini.Mereka berdua sungguh sangat mujur,sebab kedua pasangan ini adalah anak dari pengusaha kaya.Masalah ekonomi pastinya tidak adak problem tapi tidak tahu bahagia atau tidaknya pasangan ini kelak.Pasangan ini baru saja menikah dan rencana mereka akan membuat salah satu rumah,untuk desain mereka juga tidak main-main’arsitek handal terkenal yang menjadi pelopornya”.ya maklum orang kaya semua pasti bisa dibeli.rumah ini juga hadiah dari ortu pasangan mempelai perempuan.Tidak usah panjang lebar cerita, 6 bulan kemudian akhirnya selesailah bangaunan ini dibuat sungguh megah dan luas,area bermain,taman,tempat renang dan desain rumah yang menyolok adat GERMAN tampak menambah sis mewah dan berklas bagi sang pemilik.

AGEN SBOBET

Karena besar dan luasnya rumah ini maka mereka memakai beberapa orang pembantu dan tukang kebun. Selain itu di pintu gerbangnya ada pos satpam yang akan mengawasi tamu masuk.


Karena mereka belum dikarunai anak maka Ira tinggal di rumah dan suaminya Rudi yang ke kantor meneruskan usaha yang ditinggalkan ayahnya, bersama kakak-kakaknya. Di dalam rumah yang besar dan banyak kamarnya itu, Ira merasa kesepian dan resah. Ia memang berada dilingkungan yang serba megah namun kepuasan batin tidak ia dapatkan. Padahal ia dan Rudi baru 1 tahun menikah. Di dalam kehidupan sex ia tidak ada masalah dan halangan. Rudi saat ini berusia 29 tahun dan Ira 26 tahun.

Sebagai layaknya pasangan muda, hampir setiap ada kesempatan mereka selalu melakukan hubungan badan di kamarnya yang serba lux itu. Tidak jarang mereka bepergian ke villanya di Tawangmangu untuk melepaskan rasa suntuk dan melepaskan kepenatan setiap hari.

Suatu malam, di rumah itu tanpa diketahui oleh Ira dan Rudi, di luar kamarnya ada sepasang mata yang mengintip dari balik jendela. Sepasang mata itu milik seorang lelaki yang biasanya bertugas sebagai satpam di rumahnya itu. Namanya Paijo.

Dari dulu semenjak mulai bertugas di rumah itu, Paijo telah menaruh perhatian terhadap istri majikanya itu. Meskipun jika keluar rumah Ira selalu pakai pakaian celana panjang, tetap saja kecantikan dan kesintalan nyonya majikannya itu membuat Unang sulit tidur.

AGEN POKER ONLINE 

Paijo dari balik jendela yang ditutup gordyn itu terus mengamati dan melihat tingkah laku suami istri itu. Malam itu Rudi dan Ira seperti bisa bermesraan dulu barulah mereka saling melepaskan pakaian masing-masing untuk melakukan hubungan badan. Paijo di luar dengan nafas memburu melihat ketelanjangan suami istri itu. Namun yang terus diperhatikannya adalah sosok tubuh Ira, yang biasanya di luaran ia liat berpakaian tertutup semua, namun di saat itu hampir seluruh bentuk tubuh Ira ia liat tanpa ada yang menutupnya.

Malam itu hampir dua jam Paijo menyaksikan aksi pasangan muda itu bersebadan. Paijo sempat pusing melihatnya. Dikepalanya terbayang kehalusan dan kesintalan tubuh majikannya itu. Bayangan itu terus bermain di pelupuk matanya.

Pada suatu saat, Rudi ada urusan sehingga harus berangkat ke luar negeri untuk beberapa saat. Maka ia tinggalkan Ira di rumah itu. Ia tidak khawatir sebab di rumah itu ada pembantu dan satpam yang siap mengamankan rumah dan isinya.

AGEN TOGEL & LIVE CASINO

Siang itu, iseng-iseng Ira berkeliling rumah dan melihat bunga2 di pekarangannya. Lalu ia singgah di pos jaga Paijo, saat itu Paijo sedang akan duduk. Ia kaget karena tidak biasanya Ira singgah di posnya.

“Selamat siang, Pak?” sapa Ira ramah.

“Siang juga, Bu?” jawab Paijo.

“Bagaimana, Pak? Apa ada hambatan?” tanya Paijo.

“Ooo tidak, Bu?” jawab Paijo lagi.

Lalu ia masuk ke ruang Unang itu dan duduk di dalamya. Di dalam ruang itu lengkap ada kamar mandi dan ruang tidur satpam. Ira duduk dan berbicara dengan Paijo panjang lebar tentang keamanan di rumah itu. Ira sempat memperhatikan Paijo. Ia akui Paijo sebagai satpam amat berani dan memiliki otot yang kuat seperti tentara. Tubuhnya hitam legam dan wajah kerasnya terlihat. Dulunya Paijo memang tentara. Karena suatu sebab ia dipecat, maka untuk menyambung hidupnya ia menjadi satpam.

Malam harinya, untuk menghilangkan kejenuhannya di rumah itu, ia berjalan-jalan di halaman itu dan membawa makanan kecil untuk Paijo. Ia ke ruang satpam dan duduk didalamnya, Paijo menjadi salah tingkah.

“Bu, saya tidak enak sama Ibu. Masak Ibu duduk di ruang ini?” kata Paijo.

“Ohhh… ndak apa-apa la, Pak? Masak… duduk saja ndak boleh?

“Saya takut nanti Pak Rudi marah,” jawab Paijo.

“Oooo itu to… Mas Rudi sekarang sedang di Kanada. Jadi, ndak apa kok, pak,” terang Ira.

“Kalau Pak Paijo keberatan saya disini, Bapak saja yang ke dalam, kan kita bisa bicara-bicara, Pak?” kata Ira.

“Baiklah, Buk,” kata Paijo, “Tapi hari akan hujan tampaknya.”

Lalu Ira berjalan kedalam rumahnya dan diikuti Paijo di belakang. Dari belakang ia perhatikan terus pinggul majikannya itu yang saat itu memakai celana tidur dan blouse dari sutra.

Di dalam salah satu ruangan di rumah itu, Ira dan Paijo berbincang-bincang tentang berbagai hal, sampai tentang masalah dalam kamar tidur Ira dan Rudi. Sedang hari saat itu di luaran hujan deras.

Karena suasana dan dinginya malam itu, ditambah lagi pembicaraan yang terlalu menyentuh tentang urusan ranjang, membuat Paijo mengetahui rahasia kamar Ira dan Rudi itu. Paijo merasa mendapatkan peluang untuk masuk ke dalam pribadi Ira. Dengan berbagai cara dan rayuan, Paijo pun telah dapat mengenggam tangan Ira dan memeluknya. Dengan cara yang lembut ia dapat mencium bibir Ira yang mungil itu. Ira sedikit menyesal karena ia telah jatuh dalam kelembutan yang diberikan Pak Paijo.

Dengan kelihaian Paijo mempermainkan Ira, maka Ira dapat ia giring kedalam salah satu kamar di rumah itu. Di kamar yang diperuntukan bagi tamu itu, Ira ia tuntun.

Di dalam kamar itu ia baringkan Ira dengan hati-hati dan ia raba buah dada Ira tanpa membuat Ira merasa menyesal. Lalu ia buka blouse tidur dan BH yang menutupi dada Ira satu persatu. Di belahan dada Ira ia singgah untuk memilin puting dan mengggigit dada Ira hingga memerah. Ira saat itu tidak sadar bahwa ia telah punya suami dan jatuh terlalu dalam. Dengan tangannya, Paijo membuka celana tidur Ira dan lalu CDnya sehingga terlihat bulu-bulu halus yang tertata rapi menutupi rongga vagina Ira.

Dengan leluasa jari tangan Paijo masuk dan mempermainkan lobang vagina Ira hingga Ira ingin cepat dituntaskan.

“Ahggggggggghhhhh, Pakkk…. Cepat, Pak…” Dengus Ira saat itu.

Lalu Paijo membuka seluruh pakaiannya sehingga ia pun kini telah telanjang bulat. Paijo yang selama ini hanya melihat Ira telanjang saat bersenggama denga suaminya, kini dapat melihat sendiri dari dekat dan merasakan langsung kehangatan tubuh Ira yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.

Paijo pun lalu membuka kedua kaki Ira hingga kedua kaki yang jenjang itu tertaut di kedua bahunya yang bidang. Ia arahkan penisnya yang tegak, siap untuk masuk ke dalam vagina Ira yang masih kecil itu. Dengan sedikit dipaksa, amblaslah penis Pak Paijo kedalam lobang itu. Ira hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan perih saat dimasuki kemaluan Unang.

Beberapa saat lamanya Paijo terus menggenjot dan memajumundurkan penisnya di dalam vagina Ira hingga Ira merasakan nikmat dan orgasme.

Lalu Paijo pun memuncratkan maninya di dalam vagina Ira. Ia biarkan saja tumpah di dalam tubuh nyonya majikannya itu. Sambil penisnya tetap tertanam di dalam vagina Ira, Unang pun diam di atas tubuh Ira melepas lelahnya hingga ia tertidur. Ira pun tergolek bersimbah keringat. Saat itu keringat Paijo telah bercampur dengan keringat Ira. Tidak ada lagi yang membatasi kulit mereka. Tubuh Ira masih terhimpit dibawah dalam keadaan lemas dan puas.

Malam itu Pak Paijo melakukannya sebanyak dua kali lagi dan Ira pun tidak sempat menolaknya.

Sejak saat itu, bila ada kesempatan, di salah satu kamar rumah itu Ira maupun Paijo berpacu dalam birahi. Rudi tidak tahu dan hanya mereka berdualah yang menyimpan rahasia itu, hingga saat ini.

Wednesday, December 23, 2015

Pancing Gairah Bercinta dengan Sex Game





WWW.RADENPOKER.COM | WWW.RADENTOTO.COM | WWW.BET77POKER.COM

{ Dapatkan Promo Bonus New Member 10%, Next Deposit 2% Setiap Kali Deposit, Bonus Rollingan Turnover Hingga 0,5% & Bonus Referal 15% Berlaku Seumur Hidup. Segera Gabung Dan Main Bersama Kami, Nikmati Pelayanan Kami Yang Ditemani CS Yang Profesioanal Dan Ramah } - Bukan hanya mereka pasangan yang hidup lama dalam pernikahan, melainkan mereka pasangan yang baru menikah pun akan merasa bosan bila kegiatan bercinta hanya itu-itu saja. Tidak ada fantasi yang membuat suasana di ranjang semakin intim.untuk membuat agar suasana bercinta semakin " HOT " sebenarnya tidak harus melulu dengan mengubah posisi bercinta, bisa juga melalui SEX GAMES.

SEX GAME adalah permainan yang dilakukan biar memancing gairah bercinta. Paling cocok dimainkan sebelum kita memulai sesi bercinta. banyak yang mengatakan bila SEX GAMES lebih mengasyikkan ketimbang FOREPLAY. Tidak yakin? Coba praktekkan permainan di bawah ini, seperti yang ditulis FEMALE FIRST.

Game Kartu Kamasutra
Permainan ini sangat pas untuk pasangan yang menyukai eksperimen dengan posisi baru. Game Kartu Kamasutra ini dapat membuka cakrawala berpikir jika dilakukan di malam Jumat.
Untuk memulai permainan ini sebaiknya kita melenturkan badan terlebih dahulu. Tubuh yang lentur dipastikan akan mempermudah tercapainya tingkat kepuasan bercinta. Agar memungkinkan sediakanlah kartu tersebut di acara makan malam dengan pasangan kita.

Lust Card Game
4 SEX GAME Yang Membuat Ranjang Semakin Panas
Permaianan ini akan memberikan nafas segar dalam hubungan intim Anda dan pasangan. Ada 100 kartu yang disediakan dalam permainan ini. Tak akan ada yang bisa memprediksi kapan permainan ini akan berakhir. Pasalnya, permainan ini akan membuat Anda dan pasangan terus mengeksplorasi tubuh masing-masing yang mengarah pada keintiman. Setiap permainan akan berakhir dengan pengalaman bercinta yang memuaskan.
Permainan ini tak hanya berupa kartu tapi juga hadir dalam bentuk papan.
Monogami " A Game Hot Affair "
Permainan yang hadir dalam bentuk papan ini akan membuat Anda dan pasangan memiliki hubungan yang sangat intim. Papan ini akan membuat komunikasai baru dalam bercinta. Tujuan dari papan 'nakal' ini adalah untuk merevolusi hubungan intim pasangan yang mulai terasa menjenuhkan. Ada 390 permaianan yang mengarah pada tindakan seks. Gunakan permainan ini sebagai pemanasan atau foreplay.
Nooki
Permainan nakal ini lebih mengarah pada pengujian batas pasangan. Bisa diartikan Anda harus pintar-pintar menggoda pasangan Anda untuk naik ke atas ranjang. Anda bisa mencobanya dengan menarik leher pasangan Anda dengan syal yang lembut ke atas ranjang.
Dalam permaianan ini ada beberapa tutorial " NAKAL " lainnya yang dapat Anda coba pada pasangan.  

WWW.RADENPOKER.COM | WWW.RADENTOTO.COM | WWW.BET77POKER.COM
{ Dapatkan Promo Bonus New Member 10%, Next Deposit 2% Setiap Kali Deposit, Bonus Rollingan Turnover Hingga 0,5% & Bonus Referal 15% Berlaku Seumur Hidup. Segera Gabung Dan Main Bersama Kami, Nikmati Pelayanan Kami Yang Ditemani CS Yang Profesioanal Dan Ramah }

Thursday, December 10, 2015

Enaknya Main Dengan Adek Sutradara

www.bet77poker.com | Cerita Panas, Cerita Sex Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Pacar, Cerita Mesum Terbaru 2015 | Enaknya Main Dengan Adik Sutradara –  Akhir 1977 merupakan batas bagiku untuk harus menyelesaikan kuliah pada Fak.Teknik Mesin di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Aku butuh biaya yang tidak sedikit dan umurku telah mencapai hampir 27 tahun.
Cerita Panas Terbaru | Sehingga hampir segala macam jenis pekerjaan untuk mendapatkan minimal 60% tambahan untuk biaya kuliah, ujian lokal maupun ujian negara kuusahakan semaksimal mungkin karena aku sudah menghentikan pemberian dari orang tuaku, kupikir mereka sudah cukup membiayaiku selama hampir 7 tahun selama aku kuliah.
Bekerja part time antara lain aku ikut dalam pembuatan beberapa film Nasional baik di dalam negeri maupun sampai keluar negeri, mengikuti salah satu sutradara yang cukup terkenal, aku sekaligus merangkap sebagai figuran dan kru film itu sendiri.
Selama mengikuti pembuatan beberapa film di Jakarta, aku sempat berkenalan dengan salah satu pemain wanita yang pada saat itu cukup terkenal dan cukup aduhai baik wajah dan bentuk tubuhnya. Usianya sekitar 38 tahunan dengan tinggi kira-kira 164 cm serta berat badan ideal bagi wanita seusianya, rambutnya panjang dikepang satu, pokoknya amat ideal menurut ukuran favoritku.


 Cerita Panas | Dia isteri seorang pengusaha dan merupakan adik dari salah satu sutradara terkenal di Jakarta untuk film-film action di saat itu dimana aku ikut bekerja. Oleh karenanya itu Mbak Evie sering menjadi pemeran pembantu dihampir semua produksi film yang kuikuti tersebut. Raut serta kelengkapan wajahnya, kehalusan dan warna kulitnya kalau boleh aku bandingkan dengan bintang sinetron masa kini mirip sekali dengan Vonny Cornelya.
Aku sendiri pada saat itu masih muda, wajahku lumayan dengan kumis hitam yang lebat, didukung dengan tinggi badan 173 cm, berat 68 kg, postur tubuhku cukup bagus yang kujaga berkat hasil olahraga keras seperti pencak silat tradisionil.
Selama masa kuliah serta aku mempunyai sikap kebiasaan yang cukup sabar, penuh perhatian terhadap segala sesuatu yang menarik perhatianku juga kepada hal-hal yang baru khususnya dibidang fotografi dan perfilman disertai bicara apa adanya kadang seenaknya tapi tetap menjaga sopan santun khususnya kepada yang lebih tua.
Ini menjadi modal utama bagiku yang pada saat itu sehingga aku amat dekat dengan Mas Mahesa Jenar (Sang Sutradara). Kedekatannya denganku membuat para figuran ingin bersahabat denganku terutama wanita-wanita muda yang cantik dan berharap untuk bisa tampil pada setiap adegan dalam setiap film yang dibuat oleh Mas Echa (kru film menyapanya dengan panggilan ini).
Perkenalanku dengan Mbak Evie berlanjut secara tidak sengaja terjadi pada saat aku bersama kru film yang lain sedang mengambil shooting bertempat di lokasi Cibodas dimana aku sudah beranjak naik dari figuran kemudian dipercaya oleh Mas Echa untuk menjadi juru foto atau ‘Still Photo’ menurut istilah perfilman (aku mempunyai hobby fotografi sampai dengan saat ini) dan akhirnya aku dipercaya sebagai asisten Mas Echa.
Bekerja dengan Mas Echa, seorang sutradara yang amat baik tetapi tegas dalam memberikan kesempatan kepada setiap anggota kru film dibawah pimpinannya untuk berkembang sehingga hampir semua pekerjaan yang menyangkut pembuatan film kukuasai (kita bekerja dengan system kekeluargaan yang erat).
Secara kebetulan aku juga memiliki sedikit keahlian untuk mengurut, memijat badan, anggota tubuh yang kupelajari seiring dengan kegiatan bela diri tradisionil yang telah kusebut di atas dan akhirnya para kru tahu bahwa mereka punya ‘tukang urut‘ untuk relaks setelah menjalankan kegiatan sehari-hari.
Inilah awal aku jadi lebih akrab dengan Mbak Evie yang manis dan menggairahkan dengan umurnya 38 tahun dan sudah mempunyai anak 2 puteri yang cantik-cantik, Cempaka yang sulung kelas 1 SMA dan Melati yang bungsu kelas 2 SMP.
Beberapa kali seperti biasanya apabila setelah kegiatan shooting selesai pada malam hari kami berkumpul bersama sutradara dan beberapa kru film yang telah menjadi akrab seperti saudara sendiri serta juga Mbak Evie berada diantara kami. Dan pada suatu saat kami sedang melakukan shooting film di sebuah villa di Cibodas.
“Dhitya, katanya jari-jari kamu pandai melemaskan otot yang kaku, coba sekarang buktikan sama Mbak kalau kamu memang benar-benar ahli.” kata Mbak Evie pada suatu malam disaat ‘break’ sehabis shooting kami berkumpul di villa Cibodas di ruang tengah yang mana hadir juga beberapa kru dan Mbak Ranti yang merupakan isteri Mas Echa, orangnya lembut dan amat baik hati, seperti biasanya sebagian kru termasuk aku duduk di lantai yang dilapisi karpet tebal.
“Iya Dhit, aku juga mau diurut badanku terutama bagian belakang dan pinggangku rasanya pegal sekali, aku sudah hampir 2 malam berturut-turut tidurku nggak nyenyak,” sambung Mas Echa yang langsung rebah telungkup di bawah dekat aku duduk bersimpuh.
“Mas, kasihan Dhitya dong, jangan lama-lama yaa. Dia kan perlu istirahat juga.” Mbak Ranti langsung memotong kata-kata suaminya, aku tersenyum dan maklum bahwa Mbak Ranti sangat sayang kepadaku dan dia menganggapku sebagai adiknya sendiri karena aku sudah agak lama mengikuti kru film Mas Echa dan selalu membantu apa yang diperintah mereka berdua diluar kerja film.
Bahkan beberapa kali Mbak Ranti memberiku uang untuk tambahan biaya kuliah dan ujian, pernah juga dia menemuiku tertidur di atas meja di kamar editing film Mas Echa, di rumahnya karena saking lelahnya bekerja, dia mengambil selimut dan menutupi tubuhku agar tidak kedinginan karena editing room harus selalu dalam keadaan sejuk dengan suhu maksimal 16 derajat Celsius.
Kembali pada keadaan di villa Cibodas malam itu, Mas Echa seperti tidak peduli dengan ucapan isterinya tadi seperti yang kuceritakan di atas, dia dengan wajah yang gagah, kelaki-lakian atau HE-MAN menurut istilah perfilman serta tubuhnya tinggi besar sudah tegeletak telungkup di hadapanku dengan dada telanjang. Aku pun langsung action mengurut Mas Echa sambil melirik dan berkata kepada Mbak Evie,
“Sebentar yaa Mbak, aku selesaikan Mas Echa setelah itu aku akan mengurut Mbak.”
“Benar lho, kamu mau mengurutku, awas kalau kamu bohong,” jawabnya dengan senyum yang manis dan rasanya ada sesuatu luar biasa.
Seperti biasanya Mas Echa kalau sudah kena tanganku mengurutnya dalam tempo 15 menit langsung terdengar dengkurnya yang khas, kulihat Mbak Ranti yang masih asyik mengobrol dengan Mbak Evie menggeleng-gelengkan kepalanya dan bangkit dari kursi lalu meninggalkan kami menuju kamar tidur sambil berkata,
“Vie, aku tidur duluan ya, Mas-mu itu kalau sudah diurut lupa sama semuanya, dan ini selimutnya ya Dhit, untuk kamu sama Mas Echa.”
Memang salah satu kebiasaanku dan Mas Echa kalau shooting di luar kota terutama di daerah pegunungan kami selalu tidur di ruang tengah villa, jadi selimut selalu disiapkan oleh Mbak Ranti.
Sementara teman-teman yang lain satu persatu meninggalkan ruang tengah untuk langsung istirahat tidur karena biasanya pagi-pagi sebelum matahari terbit kegiatan shooting sudah mulai kembali.
Tinggal kami bertiga, Mas Echa yang sudah tertidur dengan dengkurnya yang khas, Mbak Evie yang dengan penuh perhatian memandang ke arah tanganku yang bergerak dengan pasti dan lentur mengurut punggung serta pinggang Mas Echa dan aku sendiri ‘si tukang urut‘.
Kutengok ke arah Mbak Evie yang sedang melamun. Aduh mak! manisnya ini wanita dengan dadanya yang montok, padahal anaknya sudah 2 dan tubuhnya masih padat dan montok itu.
Sudah 20 menit aku mengurut Mas Echa dan kelihatannya dia sudah terbang ke alam mimpi.
“Bagaimana Mbak Evie, jadi nggak dikerjain badannya?” sapaku enteng acuh tak acuh sambil tersenyum.
“Jadi dong, memangnya aku mau nungguin kamu dengan percuma tanpa hasil?” jawabnya tertawa halus dan renyah terdengar olehku.
“Tapi aku nggak mau di sini, ayo kita ke kamarku,” katanya lagi setengah berbisik, aku terkejut dan jadi bertanya-tanya dalam hati, dia ini serius ya?.
“Mbak, nggak enak dong sama Mas Echa dan Mbak Ranti nantinya kalau mereka tahu kita berdua di dalam kamar aku mengurut Mbak,” jawabku pelan dan agak ragu.
“Alaahh, nggak pa-pa kok, mereka kan sudah pada tidur, ayo cepetan aku juga sudah mulai ngantuk nih.” tukasnya dengan kerlingan mata yang penuh arti.
Nah lho, aku berpikir sejenak, ini adalah kesempatanku berdua dengan Mbak Evie yang dari sejak pertemuan pertama aku sudah membayangkan bagaimana bentuk tubuhnya yang indah kalau tanpa sehelai benang melekat di tubuhnya, tapi aku masih ragu-ragu soalnya dia kan adiknya Mas Echa dan sementara itu banyak orang di sekitar kami meskipun semua sudah pada tidur di kamarnya masing-masing.
Kuselimuti Mas Echa yang sudah mendengkur seperti suara gergaji pemotong balok kayu itu. Kulihat Mbak Evie sudah naik dan masuk ke kamarnya yang terletak di bagian atas villa yang disewa itu dan perlahan-lahan aku mengikuti dari belakang.
“Sebentar ya Dhit aku ganti baju,” katanya, dia masuk ke kamar mandi, beberapa saat kemudian dia keluar mengenakan celana olahraga yang amat pendek sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan indah dan dia mengenakan kaos T-Shirt yang membuatku tertegun sejenak menelan ludah karena buah dadanya yang ternyata besar dan masih mencuat padat, terlihat membekas putingnya pada T-Shirt tersebut karena dia tidak memakai BH.
Aku pura-pura tidak memperhatikannya.
“Terus posisi tidurku harus bagaimana Dhit?” tanyanya terlihat seolah-olah masa bodoh dengan penampilannya yang menggairahkan itu.
“Ya terserah Mbak, mungkin sebaiknya tengkurap dahulu supaya saya bisa mulai mengurut dari kaki Mbak.” jawabku agak bingung menghadapi tubuh indah dan menggemaskan itu.
Tanpa banyak bicara Mbak Evie langsung tidur tertelungkup di atas tempat tidur jenis single bed di depanku. Aduh Mak! mimpi apa aku ini ada tubuh montok di hadapanku.
Aku masih tertegun melihat sepasang betis dan paha yang putih mulus di depanku.
“Ayo dong mulai, kok jadi ngelamun.. hayo mikir apa, mikir yang bukan-bukan yaa..” tegurnya halus sambil menoleh ke arahku sambil tersenyum penuh arti, aku tersadar sejenak.
“Oh.. eh maaf Mbak, aku juga heran kok aku jadi bengong melihat betis dan paha Mbak yang mulus ini. Mbak pasti rajin ikut body language ya, pasti nih rajin senam ya Mbak,” jawabku seenaknya tanpa sadar, mungkin aku juga mulai ngawur.
“Ah kamu, dasar laki-laki.. semua sama saja nggak bisa lihat barang mulus, pasti nafsu deh.” juga jawabnya sekenanya.
“Maaf ya Mbak, aku mulai yaa..” kataku sambil mulai memijat telapak kakinya, kemudian naik ke arah betis yang bagaikan padi bunting terus ke bagian paha dengan keahlian gerakan jari-jariku dengan lentur.
Beberapa saat kemudian terdengar keluhannya halus,
“Oh.. Dhit, kamu kok pintar sih mijat, Mbak belum pernah merasakan pijatan seperti ini,” katanya lembut, aku juga merasakan gerakan tubuhnya yang mulai seperti terangsang oleh gerakan jari-jariku pada bagian belakang betis, paha serta pantatnya, pinggulnya yang terasa olehku masih padat dan gempal.
Aku memiliki sedikit pengetahuan dalam hal urut-mengurut bagian tubuh wanita maupun pria sejak masa SMA dari seorang ahli massage olahraga dan menurutnya ada daerah yang amat sensitif di atas pantat sedikit dan di bagian bawah pinggang apabila terkena pijatan atau tekanan jari yang tepat dapat menimbulkan nafsu birahi yang tinggi, dan aku mencoba melakukan hal tersebut pada tubuh Mbak Evie, ternyata aku melihat satu hasil nyata, gerakan nikmat darinya disertai nafasnya yang mulai tidak teratur akibat pijatanku tersebut.
“Aaaahhh.. kamu kok mijetnya tambah enak siiihh Dhit?” keluhnya lagi.
“Mbak.. nikmati saja dulu, komentar belakangan deh.” jawabku acuh tak acuh, padahal aku sendiri mulai payah rasanya dan horny dengan desahan-desahannya serta erangannya yang menggemaskan.
Tidak berapa lama kemudian, dia menggeliat dan sekonyong-konyong Mbak Evie membalikkan badannya sehingga tanganku secara tidak sengaja menyentuh perutnya yang putih akibat tersingkapnya T-shirt yang agak kebesaran dengan gerakan badan yang tiba-tiba itu, tangannya serta merta memegang serta menarik tanganku dan ditempelkan ke dadanya yang besar dan membusung itu. Aku sempat tercengang sebentar, lalu dengan refleks aku menggenggam kedua bukit indah itu, lembut.
”Ohhhh.. Dhitya, pijet susu Mbak yang enak yaa..” keluhnya penuh nikmat.
Tanpa diminta dua kali aku langsung meremas lembut kedua susunya yang besar dan masih agak kenyal itu dengan kenikmatan luar biasa, terus kuremas sambil mengangkat kaos T-Shirtnya sehingga akhirnya aku dapat melihat bukit indah itu dengan jelas, bukan main putih, besar dengan puting berwarna coklat muda dan menggemaskan.
Secara perlahan-lahan kuciumi, dan aku sudah tidak peduli lagi dengan desahan-desahan dan erangan-erangan Mbak Evie yang menikmati permainan jariku serta lidahku yang menjilat serta menghisap kedua susunya dengan puting berwarna coklat muda. Aku rasanya persis seperti bayi minum ASI.
Penisku mulai berontak di balik celanaku, tapi aku masih asyik dengan permainan susu Mbak Evie yang memang benar-benar impianku untuk memeluk serta menghisapnya sepuas-puasnya.
“Ooohh.. Dhiitt.. kamu pinter sekali Dhiiit, terus isep susuku Dhiiit..” keluh kesahnya tertahan kenikmatan.
Aku pun mulai dengan kegilaanku, kukecup, kuhisap bergantian kedua puting berwarna coklat muda yang mengeras sebesar biji buah kelengkeng itu dengan kenikmatan yang luar biasa sambil meremas-remas lembut.
Gerilya mulutku terus turun ke arah perutnya yang agak berkerut, maklum sudah melahirkan 2 anak tapi masih cukup mulus bagiku, terus turun dan tanganku membuka celana pendeknya sekaligus CD-nya yang berwarna hitam tipis berenda itu. Mbak Evie juga mengangkat pantatnya guna memudahkan aku melepas celananya.
Tanganku kembali meremas susunya yang besar, kenyal dan masih padat itu dengan gemasnya, sementara lidahku bergerilya pada ujung vagina Mbak Evie yang ditumbuhi bulu-bulu lebat hitam keriting itu, kujilat lembut sambil mengecup perlahan.
Tangan kanannya meremas kepalaku sambil menekan ke arah vaginanya yang basah berlendir bening terasa agak asin di lidahku, sementara tangan kirinya terasa membantuku meremas susunya sambil mendengus tertahan menahan rasa nikmat permainan bibir dan lidahku di vaginanya.
Kuangkat serta kubuka pahanya yang putih mulus itu, terlihatlah dengan jelas dan menggairahkan lubang kenikmatan bagi pria itu berwarna merah muda dan basah oleh cairan yang telah kujilat dan kutelan dengan penuh kenikmatan. Sekali lagi kukecup dan kujilat kedua bibir indah itu dan kugigit kecil klitorisnya yang mungil tapi bukan main menggemaskan.
“Dhityaaa.. ooohhh.. mmmfff!”
Dia mengerang halus mungkin karena sadar bahwa di ruang tengah ada Mas Echa dan di kamar bawah ada Mbak Ranti, tiba-tiba dia menekankan kepalaku ke vaginanya sehingga aku agak gelagapan. Untuk bernafas disertai jepitan kedua pahanya di kiri kanan kepalaku, terasa cairan hangat kental melumuri lidahku, bibirku, hidungku. Wooow, dia mencapai orgasme. Terdengar sayup-sayup jeritan tertahan keluar dari mulut Mbak Evie,


“Aduuuh.. Dhiiit, kamuuuu.. ngggmmm.. gilaaa.. ooohhh..”
Beberapa saat terasa jepitan kedua pahanya masih terasa kuat dan perlahan-lahan mengendur dan akhirnya aku dapat bernafas dengan lega setelah Mbak Evie melepaskan jepitan pahanya di kepalaku serta melepaskan tekanan tangannya di kepalaku dari vaginanya yang nikmat.
Mulutku penuh dengan cairan hangat kental dan agak asin itu, tanpa berpikir panjang langsung kutelan karena aku tahu bahwa cairan itu intisari dari makanan yang penuh gizi, sementara tanganku membenarkan penisku yang terjepit CD-ku sendiri supaya agak bebas dari ketegangan yang baru saja terjadi.
“Ooohhh.. Dhitya, kamu nakal deh, tapi pinter..” bisiknya sambil tersenyum, kulihat dia dari arah pangkal paha yang putih mulus itu.
“Mbak.. Mbak sendiri yang buat gara-gara, jadi aku nggak tahan untuk itu,” jawabku perlahan sambil menghela nafas dan antara sadar dan tidak menikmati apa yang baru saja terjadi, tapi agak takut kedengaran orang lain.
“Dhiiit.. sini dong sayaaang..” kata Mbak Evie sambil mengulurkan kedua tangannya, kusambut tangannya dan dia menarikku dan mengecup bibirku serta menciumi seluruh wajahku yang masih basah dengan sisa-sisa air kenikmatan yang keluar dari vaginanya itu seolah tidak dirasakannya sama sekali.
“Kamu telah memberikan kepuasan pada Mbak malam ini, Mbak nggak sangka kamu hebat dengan permainan oral seks kamu.” sambil membelai wajahku dengan lembut.
Edan! aku sendiri jadi sadar sekarang bahwa aku baru saja mengalami permainan oral seks dengan wanita yang selama ini menjadi impianku untuk bermain cinta.
“Mas Iwan nggak pernah berbuat seperti apa yang kamu lakukan tadi, aahhh..” keluhnya lagi, Mas Irawan/Iwan adalah suaminya.
Sementara aku berkeringat dingin menahan nafsu seksku yang kian memuncak melihat pemandangan di depanku ini, tubuh indah setengah telanjang dari dada ke bawah terbuka tanpa sehelai benang menempel tapi aku sendiri tidak berani untuk mencoba-coba yang aneh-aneh sampai tangan Mbak Evie menyusup ke dalam celanaku dan menyentuh serta meremas penisku yang sudah tegang sejak aku melakukan oral seks terhadapnya.
“Aduuuh.. panjang amat burungmu ini Dhit, berapah sih ukurannya?” tanyanya berbisik manja.
“16 cm Mbak.. tapi jangan sekarang, Mbak.. aku takut nanti Mas Echa atau Mbak Ranti bangun gara-gara ini.. mati aku nanti, Mbak..” kataku berbisik dan was-was penuh kekawatiran tapi juga kepingin karena memang benar aku sudah seperti keluarga sendiri bagi Mas Echa dan Mbak Ranti, kalau aku tertangkap basah bercinta dengan adiknya, habis, tamat, the end riwayatku.
“Ah.. nggak pa-pa Dhit, kamar ini kan di atas dan terpisah agak jauh dari kamar Mas Echa dan mereka sudah pada mimpi.. siniii jangan jauh-jauh tidurannya.” jawabnya lagi merayuku sambil tetap meremas lembut penisku dan menarik tubuhku supaya tetap menempel dengan tubuhnya. Aduh Mak, meskipun aku amat bernafsu, aku masih ragu-ragu.
“Teruskan Dhit, kau memang bodoh kalau membuang kesempatan emas yang sudah kamu tunggu-tunggu,” kata hatiku.
Tertegun sejenak, aku kembali sadar dengan remasan tangan di penisku dan kecupan bibir sensual Mbak Evie di pipiku, terus bergeser ke mataku, akhirnya bibir kami berpagut penuh nafsu birahi yang tinggi, tanganku kembali mengusap serta meremas lembut susunya serta puting Mbak Evie yang menggemaskan itu, sementara Mbak Evie juga tidak ingin kalah agresif menggerakkan tangannya naik turun pada penisku yang masih di dalam celana jeans-ku.
“Dhitya, buka celanamu sayang, aku jadi gemas banget dan biar tanganku bebas mengelus burungmu ini,” katanya lagi.
Sejenak permainan tanganku terhenti sejenak, aku bangun dan melepaskan celanaku juga baju serta sweater yang kupakai untuk menahan dinginnya malam di Cibodas. Kulihat Mbak Evie juga serta merta melepas T-Shirt yang dipakainya dan tampaklah tubuh perempuan 38 tahun, masih mulus dengan kedua susunya yang besar (Akhirnya kuketahui ukurannya 38A, wooow!), putih mulus dihiasi dengan puting coklat muda.
Aku berbalik dan menghadapnya dengan tubuh yang sudah tanpa sehelai benang dan penisku tegak bak meriam si Jagur yang terpampang di Stadhuis stasiun Kota meskipun udara Cibodas cukup dingin menggigit kulit. Mbak Evie tertegun kaget sambil menutup mulutnya yang sensual pada saat dia melihat ke arah penisku yang tegak di hadapannya, kuraih tangannya menyentuh penisku sambil kugenggamkan, dia menurut sambil memandangku kagum.
“Oooh Dhitya, panjang amat.. Bohong kalau kamu bilang 16 cm,” katanya sambil meremas lembut serta mulai menggerakkan maju mundur.
Aku sudah tidak sanggup berkata apa-apa lagi tetapi masih bisa berpikir sambil mendekati serta naik ke tempat tidur. Kami sudah duduk berhadapan saling berpandangan, sejenak aku berpikir, “Inilah kesempatanku untuk menikmati tubuh montok Mbak Evie yang sudah sejak perkenalan pertama yang kuimpi-impikan, meskipun sudah dalam keadaan telanjang bulat itu aku masih takut kalau-kalau Mas Echa atau Mbak Ranti terbangun dan mencariku atau Mbak Evie dan kami tidak berada di ruang tengah dan mendapati kami sedang berbugil ria di kamar Mbak Evie maka seperti yang aku katakan di atas, “I AM DEAD!”
Akan tetapi di depanku sudah tersedia yang kuinginkan selama ini, tunggu apa lagi. Kusentuh dan kuremas susu yang besar putih dan montok itu dengan sebelah tangan, sambil merebahkan diri Mbak Evie masih tetap memegang penisku dan aku menarik selimut dan menutupi badan kami berdua agar tetap hangat.
Tanganku bergerilya di balik selimut tebal, memilin puting susunya yang coklat muda terus turun ke arah vaginanya yang mulai membasah lagi sementara bibir kami saling berpagutan dan permainan lidah Mbak Evie yang jelas lebih berpengalaman dariku, membuatku tersengal-sengal.
“Dhiiittt.. masukin ya sayang, aku nggak tahan lagi..”
Desahnya dan terasa dia membuka pahanya serta merta mengarahkan penisku yang tegang dengan tangannya menyentuh klitorisnya dan agak memaksa ditekan memasuki lubang vaginanya yang terasa pas-pasan bagiku, mungkin juga Mbak Evie rajin senam body language, maklum sudah 2 kepala bayi keluar lewat lubang tersebut tetapi itu vagina masih lumayan sempit.
Bukan main, aku merasakan nikmat luar biasa kehangatan dinding vagina Mbak Evie serta kejutan-kejutan kecil mulai dari kepala hingga pangkal penisku yang masuk tertelan habis ke dalam lubang kenikmatan itu.
“Ooohhh.. Dhitya, kamu lain rasanya sama Mas Iwan..”
Desahnya penuh nikmat, sedangkan aku sudah tidak bisa berbicara apa-apa karena merasakan kenikmatan seperti yang kukatakan di atas sambil memejamkan mataku.
“Mbaaak.. mmmff, enak Mbaakkk..”
Desahku berbisik di kuping kirinya, kemudian dengan lembut karena aku tidak ingin cepat-cepat kehilangan nikmat dunia ini berlalu dengan segera kukecup keningnya, matanya yang terpejam manis. Hidungnya yang mirip hidung Vonny Cornellya itu (Agak mancung dan bangir) berakhir di bibirnya yang sensual, kukecup sambil mempermainkan lidah, kupagut habis-habisan sementara dia pun memeluk leher serta kepalaku sambil mendesah-desah kecil.
Aku mulai gerakan turun naik pinggul serta pantatku, reaksi Mbak Evie juga demikian, dia menggerakkan pinggulnya dengan perlahan, makin cepat.. Makin cepat, aku merasakan denyut-denyut kecil di kepala penisku.
Woooww.. Aku hampir orgasme, aku mencoba menahan klimaks yang akan terjadi dengan segera kulepaskan bibir sensual itu dan kukecup, kuhisap serta kujilati bergantian kedua susunya yang besar dan montok itu, rupanya itu merupakan bagian sensitif kedua setelah vaginanya, dia menjerit kecil dan segera kututup dengan tanganku agar tidak keterusan yang dapat berakibatkan, “I AM DEAD.”
“Dhiiit.. ooohh, teruuuss Dhiiitt..”
Suaranya berbisik terdengar setelah aku melepaskan dekapan tanganku dari mulutnya yang mungil itu sementara aku masih dengan kegilaan yang menjadi-jadi mengisap, menjilati serta menggigit-gigit kecil kedua susu beserta putingnya yang indah itu. Gerakan pinggulku serta pantatku makin cepat.. Makin cepat.. Makin cepat naik.. Turun.. Naik.. Turun.. Naik.. Turun yang diikuti oleh gerakan pinggul Mbak Evie yang juga makin hot dan menggila itu.
“Mbaaakk.. akuuu.. nggaaak tahaaannn..” aku mengerang tertahan agar tidak berteriak keras.Badanku mengejang dan beberapa saat paha mulus Mbak Evie menjepit pinggangku dengan kuat serta pagutannya pada bibirku diikuti dengan permainan lidahnya yang hebat dan dia melepaskan pagutannya disertai,
“Aduuuhh.. teruuus Dhiiit, akuu mauu.. mmmff..” dia memelukku dengan keras dan,
“Crettt!” meledaklah segala yang ada di dalam diri kami dengan menyemburnya spermaku ke dalam vagina Mbak Evie yang disertai orgasmenya sendiri, terasa dengan makin basah dan hangatnya penisku sambil berdenyut ‘terurut’ oleh otot-otot vagina Mbak Evie.
Kami berpelukan dengan erat di balik selimut tebal yang menutupi hangat tubuh kami, beberapa saat kami lupa diri.. di mana.. sedang apa.. siapa yang ada di sekitar kami, LUPA, LUPA, LUPA!
Kulepaskan pelukanku atas tubuh Mbak Evie yang montok itu sambil memandangnya, terlihat matanya yang indah itu tertutup sedikit dan perlahan dia membuka kembali matanya sambil menatapku sayu.
“Oohhh.. Dhitya, hari ini kamu memang hebat! selama hampir 17 tahun aku kawin baru hari ini aku merasakan kenikmatan orgasme yang enaaak..” katanya sambil tersenyum puas sambil mengusap kedua belah pipiku.
“Mbak.. aku juga mau jujur sama Mbak, sebenarnya aku juga ingin begini sama Mbak sejak pertemuan pertama di rumah Mas Echa beberapa bulan yang lalu, tapi.. yah aku ini apalah.. hanya pembantu kru filmnya Mas Echa dan..” belum sempat aku meneruskan kata-kataku tangan wanita berumur 38 tahun itu yang halus menutup mulutku dengan lembut.
“Mbak sudah tahu dan merasakannya Dhit, aku juga sebenarnya senang sama kamu sejak awal kita bertemu dan Mbak Ranti sudah banyak menceritakan tentang kamu, jadi aku kasihan, yaa senang, yah.. akhirnya ya begini jadinya, tapi aku puas lho.” katanya lagi sambil mengecup bibirku.
“Mbak.. sudah jam berapa ini, besok masih ada shooting, jadi kita stop dulu yaa..” aku mengingatkan dia.
Mbak Evie mengangguk dan kami saling melepaskan diri, bangun menuju kamar mandi sambil berjingkat-jingkat agar tidak menimbulkan suara-suara yang mencurigakan para kru yang lain yang kebetulan beberapa diantara mereka tidur di villa yang sama dengan kami.
Dengan gaya seperti maling aku melangkah kembali ke ruang tengah, kulihat Mas Echa masih tergeletak mendengkur dengan keras di atas lantai yang dilapisi karpet yang cukup tebal dan aku naik ke atas sofa, menarik selimut dan memejamkan mata sambil kembali melamunkan tentang apa yang baru saja terjadi antara aku dengan Mbak Evie yang cantik dan montok itu.
Sejak kejadian di villa Cibodas itu, Mbak Evie dan aku sering bertemu di rumah Mas Echa atau aku suka diajak ke rumahnya, bertemu dan berkenalan dengan Mas Irawan suaminya yang hobinya bermain golf (olahraga kaum executive yang sukses), cukup gagah Mas Irawan menurutku, pada awalnya aku tidak mengerti mengapa Mbak Evie agak acuh terhadap suaminya kalau kebetulan aku berkunjung ke rumahnya dan ada Mas Irawan.
Hubunganku dengan anak-anak mereka cukup baik, bahkan mereka merasa senang dengan kehadiran “Mas Dhitya” yang sering membantu membuat PR juga dalam menjaga hubungan baik itu aku sering diminta tolong oleh Mas Iwan untuk mengantar putri sulungnya Cempaka juga adiknya Melati untuk pergi ke supermarket atau ke restaurant atau ke toko buku baik bersama Mbak Evie ataupun tidak.
Lama kelamaan aku tahu juga dari para kru filmnya Mas Echa bahwa ternyata Mas Irawan punya simpanan kekasih gelap atau WIL (Wanita Idaman Lain), akibatnya Mbak Evie pernah memergoki suaminya berkencan dengan WIL-nya itu melakukan balas dendam yaitu ikut main film bersama kakaknya dan bercinta denganku yang jelas tanpa diketahui oleh keluarganya meskipun beberapa teman kru film sepertinya mencium hubunganku dengan Mbak Evie ada ‘Sesuatu yang istimewa‘.
Beberapa kali kami bercinta di rumah Mbak Evie pada saat anak-anak sedang sekolah ataupun di hotel dan aku baru mengetahui bahwa sejak 1 tahun terakhir Mbak Evie sangat jarang bercinta dengan Mas Iwan. Sehingga aku bisa mengerti kalau kami bercinta di rumahnya ataupun di hotel, serta di lokasi shooting film, di luar kota, di mana kami menginap 3-4 hari.
Dia berlaku seperti kekasihku dengan manja dan kadang-kadang bersikap garang ingin dipuaskan keinginan seksualnya yang menggebu-gebu dan meletup-letup karena dendam juga haus sentuhan laki-laki, aku pun dengan senang melayaninya.
Yah, namanya juga laki-laki. Laki-laki mana tidak akan gandrung melihat perawakan Mbak Evie yang menggemaskan itu tapi akan berpikir 2 kali untuk mencoba untuk menggodanya begitu tahu siapa kakaknya, sedangkan aku hanya sekedar ‘Tukang Urut‘ yang kebetulan bernasib baik dipercaya oleh Mas Echa untuk ikut kerja bersamanya dan bisa “Nempel” dengan Mbak Evi yang cantik itu.
Sementara aku tetap bersikap biasa dan patuh seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu yang istimewa diantara kami sebagaimana biasanya aturan kru film kepada Mas Echa, Mbak Ranti dan juga Mbak Evie bila bertemu dalam kegiatan shooting film.| Cerita Panas, Cerita Sex Perawan, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Mahasiswi, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Pembantu | www.bet77poker.com


Pacar Chinese Qu

www.bet77poker.com | Cerita Panas, Cerita Sex Dewasa, Cerita Sex Party, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Pacar, Cerita Mesum Terbaru 2015 | Pacar Chinese Qu – Nama qu Raka (Nama samaran)… Aq ingin sedikit berbagi cerita mengenai pengalaman ML qu…

Cerita Panas Terbaru | Awal cerita ini ketika aq duduk di bangku SMA kelas 2 di sebuah SMA Islam… Aq punya pacar cewek chinese, namanya Mira (nama samaran).. Mira 3 tahun lebih muda dariku dan masih kelas 2 SMP di salah satu sekolah kristen… Yap, kami berdua beda agama.. Mira dulunya adik kelas qu saat SD, jadi nya kami sudah saling kenal satu sama lain sejak lama, hingga berhubungan sebagai pacar…
Mira orangnya benar-benar cantik,, imut… Rambut nya lurus sebahu. kulitnya putih bersih layaknya gadis chinese umumnya,, buah dadanya memang tidak terlalu besar, biasa-biasa aja.. Tapi bentuk nya benar-benar indah.. Dia anak pertama dari 2 bersaudara, adiknya perempuan..
Mira bisa di bilang anak ‘lonely’, alias jarang di perhatiin orang tuanya.. Ayah nya bekerja di kantor Gurbernur dan Ibu nya seorang dokter gigi.. Keduanya sering keluar kota dan jarang di rumah. Singkat nya, Mira adalah gadis chinese yang kaya, yang punya rumah sangat besar, namun kurang perhatian orangtua.
Pada suatu malam minggu, aku hendak menjemput Mira untuk jalan-jalan seperti malam minggu biasa nya.. Seperti biasa, ku telpon dia jika sudah sampai di depan rumah nya… Setelah dia membukakan pintu, aku pun di persilahkan masuk oleh Mira..
“Raka, kamu tunggu di kamar ku aja, aku mau mandi dulu..” kata si Mira
“oh,, iya deh ay..” jawabku.
Aku pun masuk ke kamarnya di lantai 2, ku lihat2 koleksi komik2nya yang bertumpuk, sementara Mira bersiap untuk mandi di kamar mandi dalam kamar nya.. Selama Mira sedang mandi, aku sibuk membaca komik2nya.. Sekitar 20 menit kemudian Mira pun keluar dari kamar mandi..
“Hah.. Segar deh..” kata Mira lega.
“Udah mandinya ay ?” jawab ku sambil membalik badan ku untuk melihat Mira yang keluar dari kamar mandi..
Tapi di saat aku menoleh ke arah pintu kamar mandinya, betapa kaget nya aku, si Mira hanya menaruh handuknya di atas kedua bahunya sambil mengeringkan rambutnya… Tentu saja aku mau tidak mau melihat badannya yang tak ditutup oleh handuk.. Walaupun sepintas, aku mengaku terangsang karna melihat tubuh Mira yang mulus putih dan imut itu..
“Loh, ay… Kamu ngapain…. Cepat tutup badan mu pake handuk!!” perintah qu sambil menutup mataku dengan komik Mira yang ku baca, aku hanya takut kalau setelah kejadian ini, keadaan tambah buruk..
Aku tambah kaget setelah Mira bilang,
“Aduh,, santai aja lah, ay……” sambil lanjut mengeringkan rambut nya..
Sebenarnya,, sejak kejadian itu, aku jadi agak sedikit takut untuk berkunjung ke rumahnya lagi… Tapi aku mencoba untuk menahan nafsu ku yang membara setelah pertama kalinya melihat tubuh Mira…
Malam minggu berikutnya, aku kembali menjemput Mira di rumah nya.. Orang tua Mira lagi2 keluar kota.. Setelah masuk ke rumahnya, aku di suruh nunggu lagi di dalam kamarnya.. Seketika perasaan ku kembali deg2an..
“Ay, Mira pengen ngomong2 bntar…” kata si Mira.
“Mo ngomong apa ay?” jawabku..
“Kamu sebenarnya sayang ga sama aku ?”
“Loh, ya jelas lah ay, koq nanya kayak gitu ?” aku heran.
“Habis nya setiap aku pengen goda kamu, kamu kayaknya menghindar gitu, emang nya kenapa sih ?” tanya Mira dengan wajah cemberut bercampur marah..
“Yahh,, ga gimana2 ay.. Aku cuma takut aja nanti malah terjadi yang engga2..” Jawab ku sedikit nge les.. Padahal sebenarnya aku memang sedikit nafsu..
“Hmm, terus memangnya kenapa kalo kejadian ? Kamu takut ? Takut karena kita beda agama ?” tanya Mira dengan suara imutnya..
Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, Mira tiba2 mencium ku.. Ciumannya jauh lebih ganas dari yang biasa kami lakukan.. Aku pun mulai bergairah.. Lidah kami beradu dengan ganas dan bisa kurasakan betapa basah nya bibir kami.. Mira kemudian mendorong ku yang tadinya duduk di atas kasur, langsung dalam posisi berbaring…
“Boleh kan ay, aku cuma pengen kamu ngerti aku aja, kita udah 2 tahun pacaran, aku cuma pengen bukti cinta kamu aja..” tanya Mira dengan wajah memelas..
“Kamu mau? Kamu yakin dengan ini ?” tanya ku sedikit ragu.
“Aku mau.. Memang nya kenapa kalau terjadi sesuatu, aku udah siap koq..” jawab Mira mantap…
“Kamu masi SMP say..”
“Ga apa2.. Mira juga penasaran gimana rasanya, Hehhee…”
Setelah itu, tanpa basa-basi, kulepas tanktop pink yang di kenakan Mira… Kini ku lihat dadanya yang putih, mulus, halus, lembut, dan imut itu.. Qu hirup aroma tubuhnya yang eksotis.. Ku baringkan badan imut Mira ke kasur dan mulai menjilati dadanya…

Qu hisap dengan jumawa pentilnya yang pink dan imut itu, hingga Mira terus mendesah nikmat.. Qu jilati lehernya yang eksotis sambil memainkan pentilnya dengan tangan ku.. Mira terus mendesah dengan nafas yang terputus2…
Setelah puas ku jilati seluruh badan atas nya, segera ku lepas celana pendek yang dikenakan Mira beserta celana dalam putihnya yang agak basah karna cairan kewanitaannya.. tampaklah tubuh Mira yang imut tanpa selembar kain pun yang menutupinya.. vagina nya putih mulus tanpa bulu sedikit pun..
Perlahan ku buka vaginanya yang sedikit tertutup, merah merekah.. Pertama kalinya ku lihat vagina seorang gadis SMP, begitu imut dan mulus.. Qu jilati dan ku hisap perlahan vagina Mira.. Namun, baru ku sentuh clitoris nya dengan lidah ku, Mira sudah mendesah bukan main..
Aku tidak peduli dan terus menghisap vagina Mira dengan sesekali ku congkel2 vaginanya dengan jariku.. Mira tidak tahan dengan rasanya, sehingga sesekali dia menahan kepala ku agar tidak terlalu bernafsu..
Setelah puas membasahi tubuh Mira dengan lidah ku, Mira pun serentak membaringkan ku, di tariknya celana ku dan di lihatnya lah ‘adik kecil’ ku yang sudah agak basah itu, di hisapnya perlahan-lahan..
Bisa kurasakan dia sedikit takut tapi tetap berusaha demi aku, di masukkan nya kontol ku yang berukuran sekitar 13 cm itu dalam2 di mulutnya.. Ini pertama kalinya kurasakan kontol ku berada di mulut gadis, begitu panas dan sangat bergairah rasanya.. Ku akui Mira benar2 berusaha demi aku.. Kontol ku sesekali menyentuh tenggorokan Mira karena mulut Mira kecil dan imut… Setelah agak lama aku di blow job, akhirnya aku klimaks..
“Ummmmmhh…..” desah Mira.
Aku refleks menahan kepala Mira agar tidak melepas mulutnya ketika aku klimaks, tanpa sengaja aku pun klimaks di dalam mulut Mira.. Bisa kurasakan sperma ku tersembur deras ke dalam tenggorokan Mira..
“Mmmh… Uhuk.. Uhukk..” Mira tersedak2 karna menelan begitu banyak sperma ku..
Qu lihat muka Mira yang seperti kesakitan, ku lepas kontol ku dari mulut Mira yang kini basah karena sperma ku.. Bisa ku lihat muka Mira kini diliputi dengan penuh kecemasan dan ketakutan..
“Ma.. Maaf, ay.. Aku ga sengaja ngeluarin di dalam mulut kamu,” maaf ku ke Mira dengan sedikit menyesal.
Namun, Mira langsung memeluk ku, bisa kurasakan dadanya yang imut itu menempel di badan ku, Mira berkata..
“Ga apa2 ay,, aku dah siap koq, kan aku yang minta.. Kita lanjutin yah..” jawabnya dengan wajah sedikit ketakutan..
“Iya ay,, aku juga udah siap dengan konsekuensi nya, kalau memang terjadi sesuatu, aku dah siap nanggung,” jawab ku dengan tegas agar ketakutan di wajah Mira segera hilang..
Setelah itu ku baringkan Mira dengan perlahan, kontol ku yang tadi agak lemas karena klimaks, dengan cepatnya pulih kembali saat ingin ku masukkan ke vagina Mira… Aku sedikit takut karena ini pertama kalinya aku ML, begitu pula dengan Mira…
Di tambah lagi, aku tidak memakai kondom.. Ketakutan mulai melanda ku di saat aku sudah ingin memasukkan kontolku.. Namun aku sudah tidak bisa kembali..


Perlahan kumasukkan kontolku yang berdiameter kira-kira 4,5cm itu ke dalam vagina sempit Mira yang masih perawan… Biasa kurasakan betapa sempitnya vagina Mira, belum setengah kontol ku kumasukkan, Mira sudah sangat merasa kesakitan..
“MMHH…. Raka….. Sa… Kiiitt….” rintih Mira yang wajahnya betul2 merasa kesakitan…
Aku mulai memasukkan kontol ku lebih dalam ke dalam vaginanya… Sudah bisa ku rasakan ada sesuatu yang keluar perlahan dari vagina Mira,, darah perawan nya.. Kini aku yakin dengan mantab, keperawanan Mira akulah yang mengambilnya…
Setelah yakin, aku mulai memainkan kontol ku maju mundur… Mira semakin merintih, namun dengan bibir tertutup agar suaranya tidak terdengar oleh adik perempuan dan pembantunya di lantai bawah…
“MMHH… HAHHH… HAHHH…” desah Mira sesekali membuka mulutnya..
Aku mulai memercepat laju kontol ku bergerak maju mundur…. Sementara Mira terus mendesah, badannya sesekali di bengkokkan karena merasa nikmat.. Sudah bisa ku lihat kini Mira mengeluarkan air mata, namun sambil merasa nikmat…
Kami berdua bisa mendengar kontol ku dan vagina Mira beradu begitu lincah, terdengar percikan2 air dari dalam vagina Mira… *pcak pcak pcak….
“HAHHHH… HAHHHH… RAKA….” sesekali Mira mendesah sambil menyebut nama ku..
Aku sudah mulai merasa akan klimaks, sesekali ku lambatkan kontol ku agar lebih lama klimaks… Bunyi hentakan kontol qu semakin keras ketika aku mulai mempercepat nya lagi… *Pcak Pcak Pcak…..
Ku ayunkan kontol ku dengan lincah sambil ku remas2 dadanya yang imut itu… tubuh Mira kini penuh dengan keringat…. Bisa ku rasakan dia kelelahan… Tidak sampai di situ,,, ku angkat Mira menempel ke tubuh ku yang berposisi duduk..
Mira memeluk ku erat2 sambil meloncat2 kecil menginginkan hentakan kontol ku di dalam vagina basahnya itu…. Sesekali kami sambil berciuman… Desahan Mira yang hangat terus menghembus wajah dan leher ku…
“HAHHH…. HAHH… MMMMMHH…. FUAHHH…” desah Mira nikmat dan kelelahan.
Kemudian Mira membaringkan ku,, dan dia pun mulai meloncat2 kecil di atas kontol ku… Mira benar2 sudah sangat bergairah sekaligus merasa lelah… Terkadang kaki Mira bergetar karna tidak kuat lagi meloncat di atas kontol ku…. Segera ku baringkan kembali Mira,, aku mulai mempercepat laju kontol ku… Tidak lama kemudian Mira semakin merintih-rintih…
“AHHH… AHHH… AHHHH… RA.. KA…” desah Mira
“AHH…. AHHH… FUHH… MMHHHHHHH” rintih Mira dengan mulut tertutup,, dia sudah klimaks…
Bisa kurasakan kini vagina nya begitu basah karena cairan ovumnya… Segera ku percepat lagi kontol ku, ku remas2 lagi dada imut nya dengan agak keras…. Tidak lama kemudian aku pun klimaks… Qu keluarkan kontol ku dengan cepat dan ku arahkan ke dada Mira…
“Owhh….” desah ku…
Mira lalu mengambil cairan sperma ku sedikit demi sedikit dan di jilatnya hingga bersih… Mira lalu menindih badan ku yang sedang berbaring kelelahan.. Bisa kurasakan Mira juga sangat kelelahan, ku biarkan dia tengkurap menindih badan ku… Di peluknya badan ku sambil mengeluarkan desahan2 lelah…
Malam pun berlalu… Tanpa sadar kami tertidur di atas kasur dalam keadaan telanjang… Begitu bangun, ku lihat wajah Mira yang sepertinya sudah terbangun dari tadi dalam keadaan masih telanjang.. Tanpa sepatah kata pun Mira mencium ku, bisa kurasakan di balik ciumannya, dia merasa sudah yakin dengan keputusannya…
Celana dalam Mira yang dikenakannya pada saat kami ML, kini ku simpan dengan baik dengan sedikit darah perawannya yang ku poleskan di atasnya pada saat kami ML… Membuktikan bahwa akulah yang mengambil keperawanan Mira..Cerita Panas, Cerita Sex Perawan, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Mahasiswi, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Pembantu | www.bet77poker.com


Perjakaku Hilang Di Cipanas

www.bet77poker.com | Cerita Panas, Cerita Sex Dewasa, Cerita Sex Party, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Pacar, Cerita Mesum Terbaru 2015 | Keperjakaanku Hilang Di Cipanas – Awal ceritanya bermula ketika aku masih di kelas 1 SMA. Ketika itu aku mengikuti acara kenaikan sabuk Taekwondo yang diadakan di daerah Cipanas. Dengan penuh semangat aku dan teman-temanku mengikuti acara tersebut.
Akhirnya setelah semua acara selesai, aku dan ke lima temanku (sebut saja Aang, Dedi, Millani, Wahyu & Sri) berencana untuk tidak langsung pulang ke rumahnya di daerah Bekasi, tetapi mau mampir dulu ke rumah Bibi Wahyu.

Cerita Panas Terbaru | Lumayanlah, itung-itung refreshing di daerah Cipanas. Dengan udara yang cukup dingin dan sedikit gerimis, akhirnya kami sampai juga di rumah Bibi Wahyu. Di sana kami langsung dipersilakan masuk. Setelah disuguhkan mie rebus dan teh hangat di antara kami ada yang langsung tidur karena kecapaian, ada juga yang ngobrol santai sambil beristirahat.
Aku sich seneng-seneng aza diajak ngobrol sama Poppy (Bibinya Wahyu). Abis orangnya manis, bodynya montok dan kalo diajak ngobrol nyambung, dia pun ternyata mempunyai banyak bahan obrolan, jadi kitanya ngga BT. Apalagi dia itu ternyata usianya ngga jauh beda sama kita-kita, cuma 3 tahun lebih tua, jadi masih tergolong sama-sama ABG.
Cerita Panas | Selama ngobrol dengan Poppy, aku selalu memperhatikan bentuk badannya yang menurutku sangat aduhai. Ngga taunya, lama-lama aku ngga kuat juga ngeliatinnya, soalnya dia cuma pake T-Shirt ketat dan celana pendek yang kedombrongan, yang kalo lagi ngobrol, bukan cuma pahanya aza yang keliatan, tapi CD nya pun ikut-ikutan ngintip dari celah yang kedombrongan itu.
Karena takut ketauan kalo aku lagi “KONAK” gara-gara ngeliatin pemandangan yang jarang aku lihat di sekolah, akhirnya aku pura-pura mau istirahat di kamar, apalagi suasananya sudah agak malam (sekitar jam 21.00). Aku lihat si Aang dan Dedi sudah tertidur pulas. Sedang Millani, Wahyu dan Sri suaranya masih terdengar ngobrol dengan Poppy.
Karena cowok dan cewek tidur di kamar terpisah, akhirnya aku pun tertidur tanpa merasa terganggu dengan para cewek yang masih asik ngobrol. Aku tertidur cukup lelap juga, mungkin karena kecapean setelah kenaikan sabuk, sampai-sampai aku kaget ketika Poppy mengguncang-guncang pundakku sambil berkata
‘anterin aku kekamar mandi dong, Fik’. Tentu saja aku bingung, karena aku pikir ini khan rumahnya sendiri, tapi kenapa dia tidak berani untuk pergi kekamar mandi sendiri.
Akhirnya tanpa punya pikiran yang macem-macem, akupun bangun untuk mengantarkannya. Kulihat jam didinding sudah menunjukan jam 01.30 malam, pantes aza dia minta diantar, soalnya memang sudah sangat malam, wajar aza kalo dia merasa takut, karena jam segini pas lagi enak-enaknya tidur.
Setelah beberapa menit menunggu didepan pintu kamar mandi, aku merasa kesel juga, kok lama banget sich, padahal ngomongnya cuma kencing doang, udah gitu, udaranya disini dingin banget lagi. Saking ngga sabarnya, aku coba untuk mengetuk pintu agar dia tau kalo aku udah lama nungguin dia dikamar mandi. Tanpa disangka-sangka, sebelum tanganku menyentuh pintu, pintu itu langsung terbuka. Dan yang lebih mengagetkan lagi, Poppy sudah berdiri dihadapanku dengan hanya mengenakan BH dan CD aza.
Jujur aza, waktu masih ditutupi baju dan celanapun aku sudah konak, apalagi melihat yang kayak begini. Tanpa sadar aku sempet Istigfar, namun ketika Poppy memelukku, dengkulku terasa tambah gemetar, dan degup jangtungku bertambah kencang ketika dia menciumku dan membisikan bahwa malam ini dia membutuhkan kehangatan.

Dengan agak malu, aku bertanya
‘Apakah dia sadar melakukan hal ini ?’, padahal khan aku adalah temannya Wahyu, ponakannya dia.
Tapi dia menjawab yang membuatku bertambah bingung, dia melakukan ini semua karena sejak pertama dia melihatku, dia sangat tertarik kepadaku, dan yang lebih gilanya lagi, sejak dulu dia terobsesi untuk bercinta dengan orang-orang yang mempunyai penampilan sepertiku.
Masih didalam kebingungan, aku diam saja ketika dia mulai mencumbuku dengan cara menciumi seluruh mukaku, memeluk dan meraba tubuhku, dan mulai membuka satu persatu pakaianku. Ketika jari lentiknya bergerak dan berusaha membuka resleting celanaku, aku kembali berontak dan mengingatkan dia kalo yang kita lakukan ini salah, apalagi diruang yang terbuka dan bisa saja orang lain akan melihatnya.
Aku pikir dia sudah sadar karena dia langsung masuk lagi ke dalam kamar mandi. Namun tidak lama kemudian dia kembali memanggilku
‘Fik, tolong ambilkan handuk yang dijemur didapur dong, lupa bawa handuk nich’. Setelah mencari handuk yang dia minta, aku langsung mengetuk pintu kamar mandinya dan memberitahunya kalo handuknya sudah ada.
Namun dia mengatakan ‘masuk aza, gantungin didalem, gua lagi gosok gigi’, dan tanpa ragu saya masuk dan menggantungkannya digantungan handuk. Namun diluar dugaan, ternyata Poppy dari tadi sembunyi dibalik pintu, dan ketika saya masuk, Poppy langsung mengunci pintu kamar mandi dan membiarkan saya dan dirinya terkunci dari dalam.
Didalam ketakutan yang sedang aku rasakan, hatiku yang lain merasa senang ketika mengetahui bahwa Poppy sudah mengunci pintunya. Tanpa menunggu lama, Poppy langsung mencium dan mencumbuiku dengan sangat buas. Mulutnya terus melumat bibirku, tangan kirinya terus mengelus dan berusaha membuka pakaianku. Sedang tangan kanannya tetap meremas kemaluanku.
Diperlakukan seperti itu, lama-lama rasa takut akan ketauan orang lain itu hilang dan yang ada malah birahiku semakin memuncak. Aku berusaha untuk mengimbangi semua yang dilakukan Poppy, namun karena aku belum pengalaman, akhirnya aku mengikuti apa yang diintruksikan Poppy kepadaku.
Setelah merasa sudah cukup puas menciumi wajah dan tubuhku, wajah Poppy mulai turun kebawah dan mulai membuka celanaku. Dengan hati-hati dia menurunkan celana jeans ku agar tidak menyakitkan ‘burung’ ku yang sudah sejak tadi berdiri. Setelah itu, dengan sangat manja dia menjilat dan mengulum kemaluanku.
Berjuta nikmatnya ketika dia mulai mengeluar masukan burungku kedalam mulutnya. Masih dalam posisi berdiri, aku terus dicumbuinya, dan aku merasa sangat pasif jika cuma diam saja. Akhirnya akupun mulai memberanikan diri untuk menyentuh payudaranya yang sangat indah. Sambil terus meremas, aku minta agar Poppy mengizinkan aku untuk menciumi memeknya.
Sambil tersenyum, dia bertanya
‘emang bisa?’, dia mengeluarkan burungku dari mulutnya, kemudian dia berdiri, dan menyuruhku berjongkok.
Tapi aku menolak, karena menurutku daripada dia berdiri, mendingan dia tidur terlentang dilantai kamar mandi, agar aku bisa lebih leluasa untuk menjilati memeknya. Walaupun lantainya dingin, tapi dia mau untuk melakukannya, asalkan dengan posisi 69. Aku yang belum tau apa maksudnya, hanya mengiyakannya saja.
Dengan perlahan aku mulai menjilati memeknya, ternyata dia orangnya apik juga, karena dengan bulu kemaluan yang sepertinya selalu dirawat dengan cara digunting agar tidak terlalu panjang, maka aku dengan mudah melihat apa yang ada didalam memeknya itu. Dengan keharuman yang khas, memek itu telah membuat aku betah berlama-lama mencumbuinya.
Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan kelentitnya.
Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Sambil mengulum burungku, dia mengatakan bahwa dia sudah tidak kuat menahan keinginannya untuk segera memasukkan burungku kedalam memeknya. Namun aku masih belum peduli, karena aku masih ingin disepong dan mengeluarkan didalam mulutnya. Dia mengocok dan mengeluar masukkan burungku lebih cepat lagi, dan ini yang membuat aku blingsatan. Akhirnya dengan rintihan penuh kepuasan, aku keluarkan spermaku didalam mulutnya. Tanpa ragu Poppy pun segera menelan dan menjilati spermaku sampai bersih.
Mungkin karena aku baru sekali ini melakukannya, ngga lama kemudian burungku berdiri lagi karena melihat Poppy yang sedang merangsang dirinya sendiri. Dengan tangannya yang mulus, Poppy memainkan jarinya disela-sela memeknya yang mulai terlihat kemerah-merahan akibat gesekan.
Aku yang merasa sudah dipuasi, ingin membalasnya dengan sebaik-baiknya. Dengan perlahan, aku kembali mendekatinya dan mulai mencumbui kedua payudaranya yang sudah sangat kencang. Aku hisap putingnya, ku remas kedua gunung yang telah basah oleh keringat. Namun tidak lama kemudian Poppy menekan kepalaku dan mengarahkan ke memeknya. ‘Tolong jilatin lagi Fik, Poppy sangat suka bila memek Poppy dicumbu’. Kedua pahanya diregangkan, dengan begitu aku bisa menjilati memeknya sampai kedalam.
‘Alangkah wanginya memek ini’ pujiku kepada Poppy, namun dia hanya tersenyum dan kemudian bangkit mengangkangiku.
Aku disuruh terlentang dan dia mulai mencumbui burungku. Kemudian dia merubah posisi dan sejajar denganku. Digesek-gesekan memeknya ke burungku. setelah yakin bahwa burungku sudah benar-benar keras, secara perlahan-lahan dia bimbing burungku untuk memasuki memeknya. Setelah masuk semua, aku langsung membalikkan tubuh Poppy agar dia berada di bawah, sehingga aku bisa dengan bebas bergerak memainkan burungku.
Baru menyentuh bibir vaginanya aza aku sudah merasa keenakan, belum puas aku menikmati sensasi ini, ternyata Poppy mengajakku merasakan sensasi yang lebih hebat. Pelan namun pasti burungku mulai memasuki memeknya, dan ada sejuta kenikmatan yang aku rasakan ketika burungku sudah berada didalam lubang kenikmatannya. Aku mulai menaik turunkan pantatku untuk mendorong dan menarik burungku dikemaluannya. Poppy menjerit kecil ketika pertama kali aku menarik burungku. Namun itu hanya sesaat, karena tak lama kemudian desahan-desahan kenikmatan keluar dari mulut Poppy secara terus-menerus.
‘Terus Git, enak banget kontolmu Git.. aacchh, nikmatnya.. kontolmu Git.. teruuzzhh.. aacchh.. uuhh hangat dan nikmatnya barang kamu Git.. gede banget Git.. terruuzzhh.. aacchh’ tanpa henti-hentinya Poppy meracau dan mendesis, kurang lebih setengah jam aku memainkan burungku di dalam kemaluannya, sepertinya Poppy sudah 2 kali orgasme.
Karena ketika sedang asiknya mendorong dan menarik burungku, tubuh Poppy tiba-tiba menegang, tangannya mencengkram erat lenganku, mulutnya terus mendesis, dan gerakannya mulai tidak terkontrol, kemudian mendadak ia terdiam.
Tidak lama kemudian Poppy menggoyangkan pantatnya kembali, sambil mengucapkan terima kasih. Ternyata dia masih sanggup untuk melayani nafsuku, buktinya walaupun sudah terlihat lelah, dia tetap mengimbangiku dengan goyangan-goyangan mautnya.
Namun itu tidak lama, karena Poppy mengalami orgasme untuk yang kedua kalinya. Untuk itu aku tidak langsung berhenti, karena aku pikir akupun sebentar lagi akan keluar. Aku percepat gerakanku, dan dengan wajah yang lelah, Poppy tetap berusaha menggoyang pantatnya. Apalagi ketika dia tau kalo aku sebentar lagi akan keluar, dia langsung mempercepat goyangannya.
Dan..aacchh, akhirnya pertahananku jebol juga, kukeluarkan semua spermaku didalam memeknya. Dan tanpa sadar Poppy langsung memelukku kembali. ‘Hebat sekali Git, Kenapa ngga dari dulu si Wahyu cerita kalo dia punya temen kaya Elo’.
‘Makasih yach..’ ujarnya setelah sudah sama-sama berdiri untuk mengambil dan memakai pakaian yang berantakan di lantai kamar mandi.
Cerita Panas, Cerita Sex Perawan, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Mahasiswi, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Pembantu | www.bet77poker.com

Wednesday, December 9, 2015

Sex Pertama Dila

www.bet77poker.com | Cerita Panas, Cerita Sex Dewasa, Cerita Sex Party, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Pacar, Cerita Mesum Terbaru 2015 | Sex Pertama Dila – Hai.. Aku Dila.. Berikut ini adalah kisah pertama ku ngeseks, alias kehilangan keperawanan. dan anehnya, keperawananku ku berikan bukan pada pacarku, tapi pada orang yang mungkin bisa di katakan sahabat. Silahkan menyimak ya….
Aku sudah 2 bulan putus dengan pacarku, selama itu pulalah aku tidak dijamah pria. Malam minggu ini aku sendiri lagi. Kuputuskan untuk main ke sekretariat Mapala di kampusku yang biasanya ada yang menunggu 24 jam.

Aku bukan anggota, tapi kenal beberapa orang. Disana sepi, hanya ada Mas Putra yang tengah asyik nonton TV. Setelah saling menyapa, kami menonton sambil mengobrol.
“Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..?” tanyaku.
“Nggak, lagi boring ketemu dia terus.”
“Lho kok..? Kan pacar..?”
“Iya sih, tapi lagi pengen ganti suasana aja.”
“Dia nggak marah nih, nggak ngapel..?”
“Nggak, kita lagi berantem kok!”
“Kenapa..?”
“Rahasia dong.”
“Paling urusan seks.” kataku asal tebak.
“Lho, kok tau..?” tanyanya heran.
“Tau dong..,” jawabku, padahal aku hanya iseng saja asal tebak.
Jangan heran, kalau mengobrol soal seks dengan anak-anak Mapala ini sudah biasa, pada ‘bocor’ dan ‘kocak’ semua.
“Emang kenapa sih, dia nggak bisa muasin yah..?” tanyaku sambil tertawa terbahak-bahak.
Mas Putra melotot.
“Nggak juga, dia malah nggak bisa ngapa-ngapain, kalo dicium diem aja, kalo udah mo ngebuka bajunya, dia langsung berontak.” kulihat sorot mata kesal.
“O, gitu..”
“Lagian, payudaranya kecil banget..!” katanya.
Aku tertawa lagi. “Impas kan, punya Mas juga kecil,”
“Enak aja, mau liat..?!” tantangnya.
Aku tertawa, walaupun ingin juga. Sebenarnya aku naksir tubuhnya saja, atletis, kulit coklat, dada bidang. Dia paling suka panjat tebing, dan aku sudah pernah melihat dia mandi di pantai. Cool.
“Boleh..,” tantangku balik.
“Oke, tapi kamu juga tunjukin payudara kamu, gimana..? Kan impas.”
Aku terdiam sejenak. Tapi aku berpikir, why not, tidak ada ruginya.
“Oke,” jawabku,
“Mas duluan ok..!”
Dia menatapku tajam sambil berlutut, membuka reslueting celana jeans-nya pelan hingga terlihat CD yang membalut penisnya yang sudah menegang.
“Sekarang kamu..!” perintahnya.
“Lo kok..?” kataku bingung.
“Satu persatu, biar fair..,”
“Oke.”
Aku membuka sweater cardiganku yang melapisi tank top yang kupakai. Tanpa kata-kata dia menurunkan jeans-nya sebatas lutut. Aku membalas dengan menaikkan tank top-ku sebatas leher hingga memperlihatkan payudaraku yang dibalut bra.
Mas Putra tidak langsung membuka CD-nya, tapi malah mengelus-elus penisnya yang menegang. Aku benar-benar terangsang dan membalas mengelus-elus payudaraku. Pelan dia menurunkan CD-nya, memperlihatkan kepala penisnya yang coklat, kemudian batangnya yang lumayan besar untuk ukuran orang Indonesia.
Aku tidak kuasa menahan dengusan nafasku, begitu juga dengan Mas Putra. Aku menaikkan bra-ku pelan yang memperlihatkan payudaraku berputing merah dan kenyal.
Sejenak kami berpandangan, masing-masing tangan memegang payudara dan penis. Tanpa dikomando, Mas Putra perlahan mendekat, aku diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah payudaraku. Tangannya memegang bahuku pelan.
Kemudian dia mengecup payudaraku pelan, mengulum. Aku menggelinjang pelan. Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan bibirnya makin binal, mengecup dan mengulum payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak aku sadar kalau ini di sekretariat, banyak orang bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan cumbuannya, dia memandangku.
“Jangan disini..!” bisikku. Dia mengerti.
“Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul..” perintahnya.
Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku.
Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan. Saling mengulum bibir. Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu persatu.
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya, putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang.
Begitu terlepas, dia langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian mengelus-elus vaginaku yang dibalut CD. Aku mendesah pelan.
Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeans-ku, aku membantu dengan menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur dan memandang Mas Putra membuka jeans-nya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia membuka jeans-nya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan kejantanan tubuhnya yang macho.
Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku. Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara, meninggalkan cupangan disana.
Tangannya aktif di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik CD-ku, aku membantu dengan mengangkat pantat.
Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas. Kubuka CD-nya sedikit hingga penisnya kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan menggesek-gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas.
Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan menggosok-gosokkan kepalanya di vaginaku, memainkan klirotisku dengan penisnya. Aku takut untuk penetrasi karena masih perawan.
Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun ke dada, pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks.
Mas Putra meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas.
Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka CD-nya, kulihat penisya coklat menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan MAs Putra. Dia mengalah, aku segera memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost.
Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku memeluk Mas Putra agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku menempel di punggungnya.
Magrib kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk mencari kehangatan.
Dia membalas merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung menyambar bibirku.
Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan panas, tangannya berkeliaran di payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di belakang panggung, Mas Putra memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan, sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra.
Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang kupakai. Tangannya meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku.
Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans pelan, merogoh ke dalam CD tanpa mengeluarkan penis.
Jujur, aku benar-benar terangsang. Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-nya, tinggal CD yang menempel dengan siluet penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi.
Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. CD-ku dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka CD-nya juga, penisnya tegak menjulang merangsang. Kembali kami saling berangkulan. Terasa denyutan penisnya di perutku.
Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini menempel di vaginaku sekarang. Hangat. Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya hanya digesek-gesekkan di vaginaku sambil mengulum bibirku.
Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahu. Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan.
Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan penisnya ke vaginaku. Pelan kepala penisnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa nyeri.
Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung dan mencium kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan penisnya lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan. Aku mendongak dan menjerit tertahan.
Dia berhenti setelah semua penisnya masuk dan mencumbu leherku yang mendongak, aku masih merasa nyeri. Mas Putra mendiamkan penisnya di vaginaku, sementara kami mulai bercumbu lagi.
Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai menggoyangkan pantatnya. Pelan-pelan penisnya keluar masuk di vaginaku. Aku mulai menerima rasa sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Gerakan pelan mulai berubah menjadi gerakan liar, kocokan penisnya di vaginaku semakin kencang, aku semakin bergairah, mengerang, menggigit. Kakiku yang kanan mengait di pinggang Mas Putra dibantu tangannya, sementara tanganku memeluk punggungya.
Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan goyangan, dan Mas Putra mengerti dan menghentikan kocokannya juga. Kami bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan penis tetap menancap di vagina. Aku menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Putra menyetujui. Kami sepakat mencoba doggie style.
Aku langsung menungging di atas rumput, dan Mas Putra berlutut segera memasukkan penisnya dan mulai mengocok, terasa sensai yang lain lagi. Aku mengerang bebas dan Mas Putra merangkulku dari belakang meremas payudara sambil terus mengocok.
Agak lama aku klimaks, malah gantian Mas Putra yang mau klimaks, tubuhnya menegang dan meracau. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku aktif mencumbunya, kami duduk berhadapan, kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya memasukkan vagina ke penis, mengoyang-goyang pelan, akhirnya di merebahkan dirinya di atas rumput. Aku makin leluasa mengocok penisnya di vaginaku. Terasa penetrasi lebih dalam dan dinding vaginaku terasa geli dan nikmat.
Sebelum klimaks, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas Putra gantian menindihku dengan gaya konvensional. Kocokannya benar-benar bernafsu dan cepat, aku menggelinjang geli dan membalas setiap gerakan Mas Putra. Kami saling mengerang, menjerit tertahan dengan nafas mendengus sampai tubuhku menegang akan mencapai klimaks.
Mas Putra tidak perduli, terus mengocok penisnya, aku menjerit pelan begitu klimaks, memeluk Mas Putra lemas yang terus menggenjot sampai dia pun klimaks. Kami saling berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian kami segera pulang.
Sekian ceritaku.. itu kenapa ku sekarang menjadi liar dengan lelaki yang bertubuh atletis… bagi kamu-kamu yang berbody atletis.. Hubungi aku ya.. Puaskan aku….| Cerita Seks, Cerita Sex Perawan, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Mahasiswi, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Pembantu. www.bet77poker.com

Cantiknya Adik Pacarku

www.bet77poker.com | Cerita Panas, Cerita Sex Dewasa, Cerita Sex Party, Cerita Sex ABG, Cerita Sex Pacar, Cerita Mesum Terbaru 2015 | Cantiknya Adik Pacarku – Siang itu gue baru balik dari US alias Amrik dan transit di Singapore 2 malam. Tapi karena ada undangan di Bandung malemnya, ya gue dari Cengkareng langsung sama supir menuju Bandung. Biar badan capek-capek tetep aja dibelain ke Bandung, namanya juga mau ketemu pujaan hati yang belum ketangkep, alias calon pacar. Nama panggilannya Nita, lengkapnya sih Venita Suwondo. Tapi bukannya anak si Suwondo yang kasus Bulog itu lho, walaupun bapaknya memang orang Bulog.


Cerita Panas Terbaru | Gue kenalan sama si Nita waktu gue pergi sama temen-temen di Bandung ke Braga. Biasa waktu itu kita cowok-cowok ber-tiga nongkrong makan sore. Eh tiba-tiba ada 2 cewek yang masuk ke restoran yang sama, dan ternyata temen si Dedi, salah satu teman gue.
Jadi langsunglah gue dikenalin sama cewek-cewek itu, yang satu namanya Dian dan yang satunya Nita. Dian oke tapi yang namanya Nita bikin mata gue bagaikan tersedot angin puting beliung, karena nggak mau lepas dari wajah maupun body si Nita.
Singkat cerita setelah kenalan yang pertama itu, gue nyosor terus supaya bisa sering-sering pergi sama Nita, tapi kebanyakan perginya di Jakarta, karena Nita sering ikut orang tuanya ke Jakarta. Dan boleh dibilang gue malah belum pernah jemput Nita di rumahnya di Bandung.
Nah selama perjalanan itu gue udah ngebayang-bayang indahnya dan cantiknya sosok seorang cewek bernama Nita itu. Karena rencana gue malem itu gue akan mengutarakan perasaan gue untuk jadi pacar si Nita.
Wah pokoknya hati gue udah berdebar-debar membayangkan menciumnya dengan mesra. Di perjalanan gue juga udah telpon anak-anak Bandung untuk pergi bareng ke undangan ulang tahun salah satu celebrity Bandung.
Sampe di Bandung gue suruh supir gue untuk cari penginapan dan gue janjian supaya supir gue pergi ke Sheraton tempat gue nginep hari Senin sore. Waktu itu sekitar tahun 88, di Bandung kalo week end sering susah cari hotel, karena hotel2 masih belum terlalu banyak, untung gue udah book di Sheraton, jadi ya aman lah. Begitu masuk kamar, gue langsung telpon rumah si Nita.
“Hallo bisa bicara dengan Nita”.
“Ini dari siapa ya” tanya sebuah suara merdu.
“Dari Boy”.
“Mbak Nita lagi di kamar mandi, nanti saya kasih tau deh, oh udah tau telpon mas Boy belum”.
“Saya di Sheraton kamar 1405, kalo boleh tau saya bicara dengan siapa?” tanya gue ingin tau.
“Saya adiknya mbak Nita, ya udah ya mas” kata si suara merdu itu.
“Oh kamu adiknya, ya deh tolong pesen ya telpon dari Boy” kata gue menyudahi pembicaraan.
Wah ternyata Nita punya adik, kok dia nggak pernah cerita kalo punya adik cewek ya, pikir gue bertanya-tanya. Abis telpon Nita gue telpon Dedi yang kayak Jin Kartubi, karena agak botak, tinggi besar dan gendut, tapi orangnya kocak banget.
“Halo Ded, gue nih Boy”.
“Haaaa elu udah di Bandung, gimana bidadari lho, udah telpon-telponnan belum”.
“Udah tapi mandi, terus yang ngangkat adiknya”.
“Adiknya ? wah tumben tuh anak ada di Bandung”.
“Maksud elu gimana adiknya di Bandung emang adiknya tinggal di Jakarta” tanya gue semakin penasaran.
“Lho elu gimana sih 3 bulan kenal Nita kok nggak tau apa-apa. Adiknya itu kan sekolah di Inggris, jadi kalo pulang ke Bandung ya tumben banget, karena setau gue adiknya jarang banget pulang ke Indonesia”.
“Ya udah deh, nanti gimana acara malem, elu ikut bareng gue aja oke”.
“Siip lah bos, gue elu jemput ya”.
“Wah Ded elu naik apa kek kesini, kan jalanan rame nih, lagian gue masih jet-lag kan gue tadi langsung dari Cengkareng terus ke Bandung ini”.
“Oke deh Boy, sampe entar ya”. Tepat jam 7 malam Dedi sampai di kamar gue, dan gue disetirin Dedi untuk jemput Nita di rumahnya.
Gue dan Dedi disuruh nunggu di teras rumah Nita di daerah Geger Kalong. Gue bingung juga ngeliatnya, karena rumahnya gede banget dan sangat asri, belum lagi ditambah dinginnya udara Bandung yang selalu bikin gue pengen pelukan sama ceweq. “Hi Boy, eh Ded gimana kabar kalian” sapa Nita keluar dari pintu.
“Eh hi juga, saya sih baik-BAIK aja kalo Dedi ya seperti yang kamu liat, subur dan sehat, ha ha ha” kata gue menggoda Dedi.
Tapi diem-DIEM gue sambil memperhatikan Nita dari ujung kaki sampai ke atas, wah bukan main, bener2 indah dan sempurna. Nita mengenakan dress span hitam yang menonjolkan pinggul serta bagian boncengannya yang begitu menggiurkan, belum lagi baju bagian belahan dadanya yang agak rendah memperlihatkan buah dadanya yang padat dan sexy.
“Boy kalo saya ajak adik saya nggak apa2 kan, kasihan soalnya di udah nggak punya temen di Bandung”. Belum lagi gue jawab apa2, Dedi segera nyeletuk
“Iya ajak aja si unyil itu, gue udah kangen sama dia”. Di perjalanan menuju rumah Nita tadi, Dedi cerita kalo Dedi itu ternyata kenal banget sama Nita dan seluruh keluarganya sejak mereka masih kecil2.
Jadi gue nggak heran kalo Dedi begitu antusias pengen ketemu sama adik si Nita itu. Nita masuk lagi ke rumahnya, dan nggak berapa lama tampak Nita dan seorang wanita yang tidak tampak seperti adiknya, tapi lebih terlihat seperti kembarannya.
“Hi mas Dedi oh miss you all this long” kata adik Nita sambil memeluk Dedi erat2.
“Tik, kenalin dulu, ini mas Boy”.
“Halo mas saya Tika, tadi kita udah ngobrol ya di telpon, sekarang akhirnya bisa kenalan langsung, mbak Nita udah cerita banyak tentang mas Boy”.
Di perjalanan gue duduk di belakang berdua sama Nita, tapi mata gue nggak puas2nya ngeliatin Tika yang sering nengok2 ke belakang karena ngobrol sama Nita. Mata Tika indah sekali, alisnya tebal, bibirnya sexy, hidungnya mancung.
Tapi yang nggak bisa gue lupain badannya itu lho, nggak kuat deh pokoknya. Malam itu kita diundang makan di restoran Glosis yang halamannya besar dan punya suasana romantis. Gue dan Nita tentu aja menghabiskan waktu berudaan aja sebanyak mungkin.
Tapi yang namanya Nita itu ternyata temennya banyak banget, jadi walaupun kita mojok untuk menjauhi orang2, tetep aja ada yang nyamperin dan ngajak ngobrol Nita.
“Mas kamu disini aja ya sebentar, saya dicariin Riri yang ulant tahun itu”.
“Oke tapi jangan lama2 ya” kata gue sambil mencari-cari dimana Dedi berada.
Waktu gue lagi nyari-nyari Dedi, tiba2 ada suar dari belakang gue.
“Mas lagi ngapain kok sendirian aja”.
“Eh kamu Tik, mana Dedi kok saya nyariin nggak ketemu ya”.
“Mas Dedi sih biasa, pasti ngumpul sama anak2 yang di sana itu, udah disini aja temenin Tika, kan Tika juga udah nggak banyak kenal temen2 mbak Nita”.
“Iya tadi Dedi cerita kalo kamu sekolah di Inggris dan jarang pulang ke Indonesia, kok bisa gitu Tik ? Kamu pasti punya pacar ya di sana makanya jarang pulang, saya kan juga pernah sekolah di luar jadi saya tau gimana disana” kata gue menggoda Tika.
“Ah mas Boy kok nyangkanya gitu, kalo Tika sih nggak punya cowok, tapi Tika disana soalnya ngambil kelas sebanyak-banyaknya biar cepet selesai”.
“Yang bener masak sih gitu” kata gue lagi.
“Tuh kan mas Boy nggak percaya” kata Tika sambil mencubit lengan gue.
“Eh eh eh ampun aduh sakit nih Tik, iya iya saya percaya” kata gue.
“Iya cowok sih nggak punya tapi kalo gebetan2 aja sih ngantri” kata Tika lagi belum melepaskan cubitannya.
“Tik, ampun dong sayang” kata gue mencoba merayu sambil memegang pinggangnya yang ramping.
“Nah gitu dong, awas lho nanti” kata Tika sambil melepaskan cubitannya.
“Mas kalo Tika ke Jakarta ajak dong pergi2 ke caffe atau bergaul kemana gitu”.
“Iya boleh nanti saya ajak kamu pergi, eh bareng sama si mbak dong” kata gue.
“Yaaa dia sih gitu, udah nggak usah bilang sama mbak Nita”.
“Wah kamu nih gimana sih, nanti saya dibilang apa kalo mbak kamu tau saya pergi sama kamu dan nggak bilang-bilang”. “ke kalo gitu, nanti kita pergi sama si mbak deh”.
“Nah gitu dong manis” kata gue lagi sambi berpikir berat karena sebenernya gue tiba2 punya pikiran yang nggak bener setelah melihat adik si Nita yang nggak ku ku kalo kata iklan.
Pada saat yg bersamaan, Nita terlihat berjalan dengan anggun mendekati kita.
“Oh kamu disini, kenapa Tik kok keliatannya elu udah akrab banget sama mas Boy”.
“Nggak kok mbak, biasa mas Boy ini nggodain Tika aja, katanya Tika di luar pacaran terus”.
“Iya elu sih nggak pacaran tapi bikin pusing nyokap karena kebanyakan fans” kata Nita lagi.
“Tuh kan mbak buka rahasia” jawab Tika tersenyum malu
“Iya mas, Tika itu yang ngejar-ngejar banyak banget makanya Mamah pusing jadinya”.
“Oh gitu ceritanya, tadi kamu bilang kuliah terus, ambil kelas banyak2 ?” goda gue ke Tika.
“Aaaah mbak nih ceritain yang gituan” kata Tika ngambek sambil terus ngeloyor pergi meninggalkan gue dan Nita berduaan saja.
“Ya gitu deh mas Boy, adik saya satu2nya itu manja dan susah diatur, tapi dia itu pinter sekali lho. Hasil kuliahnya hampir boleh dibilang straight A, makanya Mamah juga sayang aja sama dia, dan minta apa aja diturutin terus”.
“Terus dia bener belum punya pacar dan banyak yang ngejar2″ tanya gue lagi secara nggak sadar.
“Nah ya naksir sama dia, boleh kok tapi ijin dulu sama kakaknya” kata Nita sambil melotot dan mencubit perut gue. “Ampun2 nanya aja kan boleh toh, siapa tau ada temenku yang bisa dijodohin”. Malam itu selesai makan di Glosis, kita semua melanjutkan berdisco di Studio East.
Yang namanya SE bener2 padet, tapi untung kita udah pesen kursi jadi rombongan bisa pada duduk. Tidak terasa mata gue udah ngantuk banget akibat gue tahan2 nggak tidur di Singapore ngelawan jet-lag perbedaan waktu di Amrik dan di Indonesia. Udah nanggung, gue pesen long island ice tea biar sekalian lemes.
“Boy, ayo turun jangan lesu dan ngantuk gitu, ajak dong si gadis pujaan” goda si Dedi sambil menarik tangan Tika ke dance floor.
Gue tersenyum aja mendengar ajakan Dedi, terus gue liat Nita, eh ternyata dia juga ngeliat ke gue sambil senyum. “Nit yuk mau nggak” tanya gue sambil memegang tangannya. “Ayo” kata Nita pendek. Dan kita ikutan berjingkrak di lantai dansa, tapi belum kayak orang kesetanan yang pada triping dengan lagu house akhir2 ini.
Dansanya masih pada kalem2 semua, ya tentu kan karena beatnya masih sedang2 saja jaman itu. Setelah agak lama, lagu ternyata dilanjutkan dengan lagu slow “Lady – lagunya Joe Esposito” yang waktu itu oke banget. Langsung aja gue pelu Nita erat2, dan gue rasakan tangan Nita yang juga memeluk gue cukup erat.
“Nit, saya mau bilang sesuatu, tapi jangan marah ya” kata gue merayu.
“Apa mas yang mau kamu bilang, kok pake bilang jangan marah” kata Nita kembali.
“Iya saya kan kenal kamu udah lumayan lama, terus terang aja saya suka sekali sama kamu, saya sayang sekali. Kamu tuh baik, dan nggak usah pura2 ya, kamu memang cantik sekali. Jadi saya minta kamu jadi pacar saya, mau nggak Nit” tanya gue to the point.
“Gimana ya mas, sebenernya saya juga udah tau kalo kamu sayang sama saya, tapi terus terang saya belum bisa kasih jawaban sekarang” jawab Nita.
Wah gue langsung manyun denger begitu, tapi namanya usahe ya harus dicoba terus.
“Kalau kamu bilang gitu ya saya mau bilang apa, tapi saya tunggu jawaban kamu, dan tolong kalau kamu memang nggak mau ya bilang terus terang saja ke saya, saya pasti akan coba untuk menerima apapun alasan kamu” kata gue sok bijaksana, padahal di dalam hati panas banget.
“Thanks for your understanding honey” jawab Nita lagi sambil mengecup bibir gue.
Busyet dah gue dibikin semakin grogi nih, nyium sih nyium tapi kok bilang nggak bisa kasih jawaban. Emangnya kite cowoq apaan mau digantung-gantung, ha …ha …ha …ha. Dan setelah puas berdekapan dan merasakan tonjolan2 dari badan Nita yang sebenernya udah bikin gue konak berat dari tadi, akhirnya kita berdua kembali ke meja kita duduk.


Ternyata ada Dedi dan serombongan ceweq yang tadinya nggak duduk di meja kita. Segera aja waktu gue dan Nita mau duduk, si Dedi langsung ngenalin ceweq2 itu ke gue dan Nita. Ada 3 orang, namanya Nurul, Sarah, dan Dewi. Kalo bilang soal menarik, gue sih merem deh kalo diaksih.
Yang lebih bikin gemes, pakaiannya itu lho, rok yang pendek dan pahanya yang mulus2 terlihat menantang sekali.
“Mas pulang yuk, udah satu nih. Kamu kan juga baru sampe dari perjalanan jauh, istirahat deh” kata Nita.
“Ayo deh saya emang udah capek sekali. Ded elu mau ikut pulang atau belakangan” sekalian gue tanya Dedi yang tadi datengnya bareng gue.
“Udah lah santai aja, entar gue pulang sama anak2 yang lain” kata Dedi sambil memeluk si Nurul yang terlihat sangat menggiurkan.
“Oke bye semua” kata gue. Di mobil gue, Nita dan Tika tidak banyak bicara, dan gue juga udah cukup capai.
Dan setelah Nita dan Tika gue anter pulang, gue langsung menuju ke Sheraton utk tidur. Tapi tiba2 telepon segede aki mobil merek Ericsson berbunyi.
“Halo siapa nih” kata gue galak.
“Ah untung telepon lu nyala Boy, udah balik sini ke SE, ini gue telepon dari kantor SE. Itu yang bertiga tadi nanyain elu” kata Dedi menggoda iman.
“Yang bener lu, eh gue cape nih kalo kebanyakan prosedur gue males deh. Kalo ringkes aja sih gue balik ke SE deh”. “Elu kayak baru kenal gue aja, udah beres deh, elu ajak aja si Dewi. Temen gue udah ada yang pernah sama Dewi, katanya oke banget boss”.
“Oke oke, gue langsung balik ke SE” kata gue terkena godaan setan si Dedi.
Di SE gue langsung nyelonong masuk lagi dan joint Dedi di table yang lain dari yang tadi gue dudukin.
“Nah kan apa gue bilang, si Boy ini emang gampangan, mana2 duitnya” kata Dedi meminta uang kepada Eri dan cowoq2 yang pada duduk bareng di table.
“Apa lu kok bilang gue gampangan” kata gue penasaran.
“Ha ha ha ha ha, gue tadi taruhan sama mereka, bisa nggak narik elu balik ke SE, gue sih yakin banget, sebab kan ada mereka2 ini” kata Dedi yang langsung disambut ketawa rame2 oleh semua yang pada duduk di table itu.
“Babi lu, sial lu, eh tapi ya nggak apa2 deh kalo ketemu Dewi yang cantik sih pasti lah gue balik ke SE” kata gue sambil menjatuhkan pantat gue di samping Dewi yang sexy.
“Mas tadi pacarnya ya, mesra banget deh diliatnya” kata Dewi spontan.
“Uh oh bukan, masih temen aja kok” kata gue salah tingkah.
“Ah pacar apa siapa, pacar juga nggak apa2 kok” kata Dewi menggoda gue.
“Udah lah, pusing gue, minum dong” kata gue panggil waiter untuk pesen minum lagi biar tambah oke.
Akhirnya sekitar jam 2 SE harus tutup, sehingga kita pun bubar. Tapi kalo jaman itu biasanya kita2 masih melanjutkan makan malam di Gardujati. Dan pagi itu kita ke sana untuk makan sama2. Ternyata gue hanya berdua sama Dewi saja, rupanya Dedi sudah melaksanakan perannya dengan sangat baik, nyetel supaya gue bisa berduaan sama Dewi.
“Wi, kamu tinggal di mana” tanya gue basa-basi.
“Ah mas Boy kalo saya bilang juga nggak tau dimana tempatnya”.
“Kan nanya nggak salah dong”.
“Di daerah buah batu lah kira2″ kata Dewi.
“Terus kamu di sini kuliah atau memang anak Bandung Wi”
“Saya sih memang orang Bandung tapi orang tua saya di tugas di Jakarta, jadi saya disini kost saja”
“Oh gitu jadinya, eh ngomong2 kamu cantik sekali ya, apalagi badan kamu bagus sekali” kata gue nyoba ngerayu sambil mengelus pahanya yang tampak karena dia pakai rok span pendek.
“Thanks mas, ya gini aja kok nggak istimewa2 banget” jawab Dewi sambil meregangkan pahanya lebih lebar.
“Wi nanti kamu ikut saya aja ya, saya sendirian aja kok” kata gue langsung aja.
“Liat nanti deh mas, tapi saya sih mau2 aja” kata Dewi sambil menikmati elusan tangan gue di pahanya.
Akhirnya setelah kita selesai makan di daerah Gardujati, gue dan Dewi pulang semobil lagi. Tapi kali ini si Dewi sudah tambah nempel ke gue, mungkin karena gue dan dia sudah agak lebih kenal dan biasa.
“Wi gimana sekarang, kamu ikut saya aja ya” kata gue pendek.
“Iya gimana mas aja deh” jawab Dewi.
Di perjalanan menuju Sheraton, tangan gue udah mulai bergerilya di Sekwilda alias sekitar wilayah dadanya Dewi yang lumayan besar. “Ehhh ahhhh, mas jangan mas, nanti aja deh, saya jadi nggak tahan nih” kata Dewi menanggapi gerilya tangan gue. Tapi gue sih cuek aja abisnya enak sih, hangat2 kenyal.
“Ahhhh, esssssshhhh, uh mas, uuuhhhh” erang si Dewi menikmati belaian tangan gue di dadanya.
Tiba2 Dewi menjatuhkan kepalanya ke pangkuan gue dan dengan ganasnya membuka ritsleting celana gue, kemudian ditariknya batang gue yang memang sudah mulai mengembang. Tanpa memberi tanda ataupun aba2 Dewi langsung menghisap ujung batang gue sambil mengocoknya.
“Uuuuhhh ya Wi, ya uuuuhhh..” Kata gue ke Dewi supaya meneruskan gerakan menghisapnya.
Nggap terasa mobil sudah mau masuk ke pintu gerbang hotel Sheraton.
“Eh eh stop Wi udah sampe di Sheraton nih” kata gue sambil mendorong kepala Dewi dari daerah batang gue.
Kita berdua turun dengan tergopoh-gopoh karena sudah konak banget. Tadi waktu pergi meninggalkan hotel, kunci kamar memang sudah gue bawa jadi kita berdua bisa langsung menuju kamar.
Begitu masuk ke kamar, gue langsung tarik Dewi ke tempat tidur. Dan segera setelah gue merebahkan badan di atas spring bed, Dewi dengan ganasnya melucuti celana dan baju gue, tidak lupa dia melepaskan seluruh kain yang melekat di bajunya dan melemparkan baju2nya.
Setelah telanjang bulat, ternyata bisa gue lihat bahwa badannya tidaklah sekurus yang tampak waktu dia mengenakan pakaian. Pinggangnya memang ramping, tapi pinggul dan pantatnya sangat berisi. Bulu kemaluannya begitu lebat menutupi vaginanya.
Lingkar dada Dewi mungkin ukuran 34 tapi payudaranya jelas2 pasti ukuran B, alias menonjol sekali untuk ukuran badan Dewi, putingnya pun masih terlihat merah muda. Melihat payudara Dewi yang begitu menggiurkan, segera gue belai dan remas dengan kedua tangan gue. Dengan ganas gue hisap dan jilat putingnya yang indah.
“Uuuhhhh essssssshhh” desis Dewi menikmati jilatan di putingnya.
Tangannya ikut meremas dan mengarahkan ujung putingnya agar gue hisap lebih keras lagi. Pinggulnya menggeliat menempel di paha gue sambil digerak-gerakkan dan digosokkan di paha gue, terasa vagina Dewi sudah mulai basah karena terangsang. Sambil terus menjilati payudara Dewi, tangan gue membelai vaginanya dan mencari-cari bibir kemaluannya yang tertutup rambut lebatnya. Perlahan gue arahkan jari tengah gue mencari tonjolan2 di antara belahan vagina Dewi, lalu gue raba dengan ujung jari.
“Oooohhhh terus mas” erang Dewi menikmati rabaan ujung jari gue di vaginanya.
Terlihat pinggulnya menggeliat maju mundur. Walaupun Dewi pada saat itu tidak melakukan apa2 terhadap gue, namun gue udah konak berat. Jadi langsung aja gue mau tancep sedalem-dalemnya. Pahanya gue bentangkan dan gue arahkan batang gue menuju titik ditengah-tengah kelebatan rambut vagina Dewi yang terlihat basah.
“Ahhhhhhh” erang Dewi saat batang gue masuk menembus jepitan vaginanya. Bukan main, terasa ketat walaupun licin dan agak basah.
“Huh huh huh… mas mas mas, ooohhh, ya terus.. terus aduh mentok deh enak banget mas” teriak Dewi merasakan ujung batang gue yang menyentuh pangkal dalam lubang vaginanya.
“Mas dari belakang dong, saya pengen mas dari belakang ya” tiba2 minta Dewi.
Gue sih nurut aja, orang dari depan aja terasa ketat, jadi pasti dari belakang udah lebih gila deh gue pikir. Dewi membalik badannya dan mengambil posisi nungging. Dari belakang gue lihat pantatnya yang padat dan berisi, juga terlihat lubang vaginanya yang semakin menantang. Gue arahkan ujung batang gue mendekati lubang vaginanya, dan tangan Dewi membantu membimbing batang gue memasuki lubang vaginanya.
“Hehhhhhh uuuuhhhh” erang Dewi lagi saat batang gue memasukinya dari belakang.
Dengan pasti gue pompa vagina Dewi yang memang ternyata terasa semakin sempit kalau dimasuki dari belakang. Sambil meremas-remas pantatanya yang menonjol padat, gue mempercepat gerakan maju mundur dari pinggul gue.
“Heh.. heh… he.. uuuuuhhh, keras lagi mas, uuuuh keras lagi, aaaaaaaahhhh” teriak Dewi mencapai puncaknya.
Tangannya menahan gerakan pinggul gue yang masih maju mundur dengan gencar. “Mas stop dulu mas, uuuuhhh geli banget deh, nyut-nyutan nih” kata Dewi lagi.
“Mas rebahan deh saya diatas yah”. Gue lalu terlentang di atas tempat tidur, dan Dewi berjongkok diatas badan gue.
Lalu dengan perlahan dituntunnya batang gue yang masih tegak bagaikan tiang bendera masuk menuju vaginanya. Wah gila bener, ternyata Dewi diatas gue bener-bener enak rasanya, terasa benar jepitan lubangnya di sepanjang batang gue. Lalu dengan gerakan naik turun yang tidak kalah ganasnya dengan mulut Dewi yang menciumi dan menjilati daerah dada gue, gue juga mulai mengerang merasakan denyutan memuncak di sekitar kemaluan gue yang semakin lama semakin memusat di ujung batang gue.
“Wi aahhhh, gue mau keluar nih” kata gue terbata-bata karena menikmati pompaan Dewi.
“Iya yahh, heh….he.. saya juga hampir sekali lagi mas” katanya.
Dan akhirnya gue mencapai puncaknya disusul teriakan Dewi yang keras. Yang gue rasa kalo ada orang di depan kamar gue pasti akan berhenti dan terbayang akan apa yang terjadi di dalam kamar gue. He he he he, emangnya gue pikirin orang lain mau pengen ikutan. Pagi itu gue melakukannya sampai 3 kali sama Dewi, hingga gue baru bangun sekitar jam 12 siang, itu juga karena udah kelaparan. Gue pesen makan di dalam kamar untu berdua, karena badan masih terasa pegel2.
Selesai makan Dewi pulang dan waktu dia mau gue kasih uang taksi, dia bilang udah mas jangan, sebab katanya dia sangat menikmati make love sama gue. Tapi gue tetep masukin uangnya ke tas Dewi, maklum gue nggak mau nanti si Dewi jadi ada ikatan sama gue. (Ini juga diajarin sama yang senior2, katanya kalo sampe make love bukan sama
“yayangnya sendiri”, musti dikasih uang taksi apapun kejadiannya)
Sepulangnya Dewi gue bingung mau ngapain, eh tiba2 telpon kamar bunyi.
“Halo siang” kata gue.
“Hi mas ini saya, Tika. Lagi ngapain mas”.
“Wah masih males-malesan nih, jadi belum ngapa-ngapain”.
“Tika boleh kesitu mas, pengen bernang”.
“Boleh aja kesini, saya tungguin ya, eh kamu sama mbak Nita kan”.
“Iya sama mbak Nita kesitunya, tungguin ya”. Begitu telpon gue tutup, eh bunyi lagi tuh telpon.
“Halo gila nggak, oke kan” suara Dedi di telpon.
“Wah pokoknya gue sih percaya aja deh kalo dengan pak Dedi yang terkenal itu”.
“Sialan lu, gimana semalem cerita dong”.
“Ya gitu deh, apanya yang mau diceritain” kata gue.
“Okelah kalo mau disimpen sendiri, nanti ketagihan lho sama si Dewi” goda Dedi.
“Ya tinggal nambah kan, gitu aja kok repot sih” kata gue lagi.
“Siang ini ngapain lu”. “Si Tika sama Nita mau kesini, mau bernang katanya”
“Ya kalo gitu gue juga kesitu deh”.
“Oke gue tunggu ya” kata gue sambil menutup gagang telpon.
Setelah dapet telpon dari Tika, gue langsung cepet2 mandi biar keliatan lebih fresh. Tapi terus terang ternyata setelah mandi gue masih tetap ngantuk dan letih, mungkin ya karena habis kerja keras semaleman.Baru gue mulai ketiduran lagi di tempat tidur, tiba2bel kamar ada yang mencet.
“Mas Boy, Tika ini” gue denger teriakannya dari luarpintu.
Gue segera membukakan pintu, dan waktu gue buka pintu.Gue liat cewek yang sama sekali lain dari yang udah gue liat tadi malem.Tika pakai celana pendek biru tua, pakai swimsuit warna hitam yang ditutupi oleh kemeja kembang2 dengan kancing yang tidak dikaitkan sama sekali. Sehingga jelas terlihat tonjolan payudara Tika yang padat di balik baju renangnya. Rambutnya terurai pajang sebahu, dan wajahnya begitu ayu walaupun tanpa make-up sedikitpun.
“Mas kok kaget gitu ngeliat saya, memangnya kenapa ?”tanya Tika.
“Nggak apa2 hanya saja kamu kok lain sekali dari tadi malem”.
“Kenapa ? siang ini Tika terlihat jelek ya karena nggak pake make-up”.
“Wah sebaliknya malah, kamu keliatan sangat alami dan ayu walaupun tanpa make-up, saya bilang sih kamu lebih cantik dibanding tadi malam”.
“Wow thank you mas, I’m flattered”.
“Mana mbak Nita, kok nggak ikut”
“Dia nanti nyusul kok, ya udah ya, Tika tarok baju dikamar mas, dan pinjam handuk ya”
“Please my dear, ambil aja yang kamu perlu” kata gue sambil terus melihat badannya yang aduh duh duh.
Tika berenang nggak setop-setop, mondar-mandir.Sayangnya kolam renang di Sheraton Bandung ini nggak terlalu besar. Sementara gue duduk di bawah salah satu meja berpayung di pinggir kolam, sambil terus membayangkan badan Tika yang semakin jelas terlihat karena baju berenangnya yang berwarna hitam dan basah. Akhirnya setelah sekitar 30 menit berenang bagaikan ikan tanpa henti, Tika naik dan menuju ke meja dimana gue duduk.Terlihat payudaranya menerawang tembus melalui baju berenangnya yang basah, dan pahanya yang mulus tanpa selulit terlihat gamblang, karena baju bernenangnya yang berpotongan tinggi di bagian pangkal paha.
“Nggak minat mas untuk berenang, enak lho seger banget. Apalagi matahari terik begini”.”Nggak deh, saya masih ngantuk banget”
“Kalo gitu balik ke kamar yuk”Di kamar si Tika mandi dan gue nonton tv bengong sambil nunggu mana Dedi dan Nita kok nggak nongol2.
“Mas tolong dong tas Tika ketinggalan di atas tempat tidur” teriak Tika dari balik pintu kamar mandi yang terbuka sedikit.
“Oke tunggu bentar” kata gue sambil membawakan tasnya menuju ke kamar mandi.
“Tik ini tasnya” teriak gue sambil mengetuk pintu kamar mandi.
“Iya mas, tolong dong taruh di dalam aja” sayup2 guedenger suara Tika memberikan aba2.Gue langsung masuk untuk meletakkan tas berisi baju dan perlengkapan milik Tika.
Tepat saat itu,Tika keluar dari ruang kaca es tempat shower tanpa sehelai benangpun menutupi badannya.
“Eh mas kok ..”
“Sorry sorry ya” kata gue memotong kalimat Tika.
Langsung Tika menyambar handuk yang tergantung didinding untuk menutupi badannya.
“It’s okay mas, saya yang suruh mas masuk kan” kata siTika memberikan pengertian.
“Maaf ya tapi Tik tapi pokoknya wah banget deh kamu”.
“Hayo ngaco ah, udah sana keluar”.Waktu gue keluar kamar mandi, gue lebih kaget lagi bagaikan kena setrum 10.000 volt.
Karena ternyata Nita udah lagi di koridor pintu kamar gue dengan muka agak masam.
“Eh kamu udah dateng ya, kok bisa buka pintunya”.
“Iya emang nggak terlalu tertutupjadi saya bisa masuk”.
“Ayo duduk Nit””Iya entar aku mau ngomong dulu sama Tika” kata Nita yang terus masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Dan gue dengar sepertinya mereka berdua sedang berantem, karena suaranya terdengar meninggi dan agak keras, tapi nggak jelas apa yang dibicarakan. Mungkin gara2 gue baru aja keluar dari kamar mandi padahal adiknya masih di dalam dan Nita mergokin.Ah gitu aja kok repot gue mikirnya, apapun yang terjadi nothing to lose deh.”Wayooo embak tuh yang gitu” gue denger suara Tika pas dia keluar kamar mandi.
“EhTika, ..Tika sini dulu, mbak masih mau bicara”.
“Bodo ah, mas Boy Tika pulang dulu ya, trims boleh berenang, sampe nanti bye” kata Tika lalu ngeloyor keluar kamar gue.
“Kenapa sih kalian kok berdebat, aku kan denger disini”.
“Oh kamu denger ya, yeah it’s not your fault tapi saya harus kasih tau dia supaya jangan bebas2 sama cowoq”kata Nita.
“Eh kamu kok strict banget sih, tadi kan saya dan Tika nggak ngapa-ngapain non. Nggak usah dimarahin dong dia” kata gue lagi.
“Lho kamu malah belain adikku, memang sebenernya ada apa mas. Baru tadi malem kamu minta saya untuk bisa jadi pacar kamu, kok sepertinya kamu siang ini berubah halauan. Saya sih nggak apa2, yang penting kalo kamu sampai seneng sama Tika, tolong jangan mainin dia. Ituaja permintaanku” omel Nita sambil menarik mukanya.
Wah gue kok jadi BeTe (kalo kata anak pergaulansekarang), padahal gue belum berbuat apa2. Sial nih ceweq, emangnya dia satu2nya yang paling cakep.Ah tapi gue pilih diem aja, daripada ngebalesin kayak orang cerewet.Buru2 gue berdiri dan menghampiri Nita sambil membelai pundaknya.
“Nit, udahlah kok jadi temperamental begitu sih. Saya ini bener2 nggak ngapa-ngapain, kok jadi ikut kena omelan kamu, yuk mending kita keluar aja kemana gitu,makan batagor kek atau minum es dimana yuk” ajak gue untuk menetralkan suasana.
Langsung gue gandeng Nita utk meninggalkan kamar, eh ternyata di lobby hotel ketemu Dedi yang baru aja dateng. Terus kita akhirnya jajan ke Gelael di Dago bertigaan.Pendek kata di Bandung kali itu gue bisa lebih deket dgn Nita tapi tetep aja ini ceweq bener2 susah banget dideketinnya. Dan perseteruan antara Nita dan Tika ternyata tidak habis di hari itu saja, karena ternyata ada perang dingin diantara mereka.


Gue tau ini karena sejak itu Tika sering telepon gue di Jakarta, tapi kalo gue telepon empoknya nggak pernah dia cerita sedikitpun ttg adiknya yang sedang perang dingin sama dia.Satu minggu kemudian, sekitar jam 6 sore gue lagi pusing di kantor mikirin kerjaan yang belum dibayar sama client ketika satpam telepon dari bawah.
“Pak ada yang mau ketemu sama bapak, katanya udah kenal”.
“Siapa pak Min orangnya, dari perusahaan mana”.
“Oh bukan perusahaan pak, perempuan kok”.
“Ya sudah anterin ke atas pak”.Siapa lagi ada ceweq ke kantor gue udah hampir malem gini.
Tok .. tok .. tok pintu kamar gue diketok,
“ya masuk”.
“Hi mas, being busy all the time aren’t you”
“Kamu toh Tik, kok nggak bilang2 mau ke Jakarta”
“Ya mau kasih surprise ke mas Boy”.
“Sukses kamu kalo mau kasih surprise, karena saya memang bener2 kaget kamu mau ke kantor saya”.
“Mas lagi sibuk ya, apa saya ganggu atau saya pulang aja deh abis keliatannya mas Boy lagi suntuk gitu sih”.
“Iya emang lagi pusing mikirin kerjaan, tapi ada kamusnya langsung berdebar-debar deh jantungnya, terus
rasanya seger lagi akibatnya”.
“Ala mak gue tersanjung nih mas dengernya, eh kita nggak usah ngomong saya kamu boleh nggak mas. Habissaya terbiasa bebas dan rileks, tapi sama mbak Nita disuruh ngomong saya kamu kalo ke mas Boy””Boleh kamu mau ngomong gue lu, mau apa juga boleh kok kalo buat Tika”.
“Duh .. duh .. duuuh ngerayu nih, eh bener ya boleh minta apa aja. Sebab terus terang Tika lagi resah nihmas”
“Resah apa sih non, udah kayak orang sibuk aja pake resah”.Ternyata Tika dengan wajahnya yang terlihat jail serta ayu berjalan menghampiri gue di balik meja kerja gue.
Dan Tika langsung menjatuhkan badannya di pangkuan gue.
“Nah yang Tika minta adalah Tika pengen sekali cium mas Boy, terus terang sejak malam pertama ketemu mas
Boy waktu pergi sama mbak Nita ke ultah di Glosis,Tika udah langsung terpesona lho”
“Wah ampun deh, gue dirayu sama ceweK cantik, ya manatahan dong”.Tanpa memberikan jeda sedikitpun, Tika langsung mencium bibir gue, sampe gue kaget dan nggak bisa napas.
Tapi ya masak menolak durian runtuh, jadi gue sambut ciuman Tika yang ganas itu.Tika menciumi bibir, muka, dan leher gue bagaikan orang kehausan di padang pasir dan menemukan air.Sambil mendesah-desah Tika bilang,
“mas sorry ya, gue memang agak hyper sebenernya, eh tau nggak mas, Tika kan nggak pake celana dalam lho saat ini”.Selesai mengatakan itu, Tika mengangkat roknya yang gombrong dan menunggangi paha gue.
Terlihat rambut2 kemaluan Tika yang halus dan tertata rapih sekali dari antara kancing roknya yang menerawang.Kancing baju gue langsung dibuka oleh Tika dan dada gue diciumi bagaikan tiada hari esok lagi. Terdengar desahan nafas Tika semakin menggebu-gebu.Sambil terus menciumi dada gue, tangan kanan Tika merogoh kemaluannya dari belahan roknya sendiri dan mulai memainkan jari jemarinya untuk masturbasi.Gue saking kagetnya udah nggak kepikir untuk meraba atau membalas tindakan Tika atas diri gue, tapi batang gue terasa udah langsung melesat tegang.
Kemudian Tika mulai melepaskan ikat pinggang gue dan menurunkan ritsleting celana gue untuk meraih batang gue yang sudah tegang itu.Langsung dihisapnya batang gue dan dikocoknya dengan tangan kirinya, sementar tangan kanan Tika memainkan clitnya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya menikmati gesekan dan rabaan jari2nya sendiri.
“Ehmmpppfff hheeeehhhh” gue terengah menikmati hisapan dan permainan lidah Tika di ujung batang gue.Tuuuut, tuuuut, tiba2 telpon di meja gue bunyi.
“Mas jangan angkat dong please, I can’t wait no longer, please” kata Tika memelas.
“Sebentar aja ya non, takutnya ada urusan penting”kata gue masih terengah-engah karena sangat exciting atas apa yang dilakukan Tika.
“Hallo”
“Mas ini Nita, adikku ada di kantor mas ya”.
“Emmmm nggak tuh memangnya kenapa Nit”.
“Alah udah deh nggak usah ngibul, tadi kan aku lewat depan kantormu, dan ada mobilnya disitu”
“Eh .. oh . mmmmm, tadi memang dia kesini tapi hanya titip mobil aja katanya mau ke mana gitu”.”
Yang bener lah mas, aku kan tau gimana kelakuan adikku”.
“Bener tadi dia titip mobil, tapi sekarang ya aku nggak tau dia dimana”.Oh ya udah kalo gitu, nanti kalo ketemu bilangin kalo dia dicari sama ayah”.
“Oke Nit bye” kata gue menyudahi telpon dari Nita.
“Tuh kan apa gue bilang jangan diangkat lah”.
“Iya tapi kan saya pikir urusan kerjaan”.
“Well wahtever happening, let’s continue” kata Tika sambil langsung melanjutkan hisapannya di batang gue yang agak meleyot karena shock dapet telpon dari kakak si Tika.
Tedengar nafas Tika semakin memburu, dan dengan tiba2 dia mengangkat mukanya dan segera lompat duduk di atas paha gue. Dengan tangan kirinya, dipegang batang gue dan diarahkan menuju vaginanya yang sudah basah.
“Uuuuhhh feels so good, uuuuuh mas batang lu kok panjang banget ya, uuuuuuh gile deh, ahhhh asik bangetdeh, nggak salah deh dapet barangnya mas”
“Oh .. oh.. oh.. please hold my breast, yeah crush itmas, crush it hard” kata Tika memberikan aba2 ke gue.
Wah gue semakin terkaget-kaget, nggak nyangka Tika yang ayu bisa begitu buas saat make love.Tanpa membuang waktu, gue langsung selipkan kedua tangan gue dari balik baju Tika yang belum sempat dibuka. Walaupun ada bra yang masih dikenakan, gue remas dan belai payudara Tika yang memang sangat kenyal.Dengan gerakan yang fantastis dan menggebu-gebu, Tika menunggangi batang gue dengan kecepatan sangat tinggi.
“Uuuuhhhh Tik kamu enak sekali deh lubangnya, kencengbanget Tik, uuuuh kayaknya gue nggak tahan deh”.
“Aduuuh tunggu dong jangan keluar dulu, saya belum apa2 nih” kata Tika sambil melambatkan gerakan pinggulnya.
Dicabutnya batang gue dari vaginanya, lalu dengan kedua tangannya, Tika mulai memijat-mijat sekitar pangkal paha gue, dan sekitar pangkal batang.”Gimana mas, udah rileks kan, masih mau keluar nggak”tanya Tika kayak seorang derigen konser.Lalu Tika kembali menghisap batang gue dan mengocok dengan kedua tangannya.
“Mas I need your favor” kata Tika sambil mengeluarkan K-Y jelly merek Johnson dari tasnya.
“Apa ini Tik” tanya gue pura-pura nggak tau.
“Please put it with your finger, please but fingerfuck me slowly”.
Gue ambil secukupnya lalu gue oleskan di sekitarlubang pembuangan Tika. Tika mengambil posisi menunduk ke meja gue, lalu dengan perlahan gue oleskan jari2gue disekitar lubang itu.
“Ohhhhh feels fucking great, uuuuuuhhh, terus mas,ooooooh cepetan dikit mas”, terlihat tangannya memainkan clitnya sendiri dan memasukkan dua buah jarinya ke dalam vaginanya.
Setelah agak sesaat, Tika mulai meminta untuk memasukkan batang gue. Terus terang walaupun gue tau banyak dari bacaan ilmiah tentang fucking in the ass, tapi belum pernah sekalipun gue melakukannya.
Tapi kenapa nggak gue coba aja, jadi langsung gue arahkan ke lubang yang sudah di latih menggunakan batang jari gue yang lebih kecil.Akhrinya walaupun dengan agak sulit, gue berhasil masuk ke dalamnya. Wah bener2 ketat, tapi kayaknya gue sih nggak pengen lagi deh nyobain yang satu ini.Mungkin kalo mabok berat ya nggak opo-opo.
Malam itu gue dan Tika setelah selesai make love atau fucking atau apalah namanya, karena terus terang gue juga masih ngawang-ngawang dengan kejadian itu. Antara manis, sadis, dan yang lainnya bercampur aduk. Gue jadi jatuh hati dan iba dengan kebiasaan Tika yang diceritakan semuanya ke gue waktu kita makan sate ayam di mobil di jalan Sabang.
Rupanya Tika mempunyai pengalaman buruk waktu kecil,dia sering melihat ayahnya main serong dengan perempuan lain. Dan Tika mengalami depresi mental dan kekecewaan secara bawah sadar, yang muncul dengan bentuk selalu ketagihan.
Tika bilang kalo dia sedang horny, keluar keringet dingin dan berdebar-debar, tidak bisa konsentrasi dan agak temperamental, jadi Tika bisa saja ketemu cowoq langsung diajak ngamar kalo memang lagi kambuh.
Tapi hampir semua cowoq malah memanfaatkan, nggak cowoq Indonesia, nggak bule nggak Asia. Selesai makan gue anter Tika mengambil mobilnya dikantor gue lagi.
“Mas, bener ya tolongin Tika. Mas Boy baik sekali sama Tika. Terus kapan kita ketemu lagi mas”.
“Ya nanti kan kita bisa telepon2an, yang penting kamu harus selalu coba ingat kalo lagi kambuh. Bahwa saya selalu siap bantu kamu, inget kalo masih ada oranglain yang mau tolong kamu. Tik, mas sayang kamu, jaga diri ya”. Tika mengecup bibir gue dan masuk ke mobilnya.
Setelah Tika pergi, gue masuk mobil dan dalam perjalanan gue merenung akan apa yang baru aja guealamin. Gue pengen nolongin Tika, tapi berarti konsekuensinya gue harus jadi cowoqnya, atau gue nolongin sebagai teman, tapi kemungkinan agak sulit untuk bisa sembuhnya
Setelah kejadian malam itu, gue dan Tika masih beberapa kali ketemu dan melakukan kegiatan make love.Yang selanjutnya memang make love, karena dengan rasa sayang dan nggak brutal banget. Tapi setelah itu Tika kembali ke Inggris dan gue denger dari Nita, yang juga nggak berhasil gue pacarin, bahwa Tika memutuskan untuk tetap tinggal di negaranya si Lady Di almarhum. | Cerita Panas, Cerita Sex Perawan, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Mahasiswi, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex Pembantu | www.bet77poker.com